Konflik di Ethiopia, Pasukan Eritrea Akan Ditarik Pulang
Internasional

Konflik di Ethiopia, Pasukan Eritrea Akan Ditarik Pulang

Channel9.id-Ethiopia. Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, mengabarkan bahwa Eritrea sepakat untuk menarik pasukannya dari Tigray dikarenakan terjadinya kekerasan massal terhadap warga sipil disana.

“Pada diskusi kita di tanggal 26 Maret 2021 dengan Presiden Isaias Afwerki dalam kunjungan saya ke Asmara, pemerintah Eritrea sepakat untuk menarik pasukannya dari perbatasan Ethiopia,” ujar pernyataan Abiy yang diposting di akun Twitternya pada hari Jumat (26/3/2021).

“Pasukan Keamanan Nasional Ethiopia akan segera mengambil alih keamanan area perbatasan,” katanya.

Sang perdana menteri menambahkan bahwa “Rasa percaya dari orang ke orang diantara warga kami di daerah Tigray dan juga kawan kami di Eritrea di daerah perbatasan sangatlah penting,” ungkapnya.

Namun pernyataan tersebut tidak menyebutkan berapa banyak pasukan Eritrea yang berada di Ethiopia, walaupun para saksi mengatakan kira-kira ada sekitar ribuan dari mereka.

Menteri Informasi Eritrea, Yemane Meskel masih belum merespon email dari reuters yang meminta komentarnya.

Pernyataan itu datang setelah  Amerika Serikat dan negara lainnya mendesak untuk memberikan perhatiannya terhadap adanya krisis mematikan di Tigray, dimana para saksi mengaku kalau pasukan Eritrea telah merampok, membunuh dan juga memperkosa.

Pada awal minggu ini, untuk pertama kalinya perdana menteri Ethiopia mengakui bahwa pasukan dari Eritrea sudah masuk ke daerah utara Tigray dalam konflik yang meletus lima bulan lalu. Hal ini menguatkan adanya kemungkinan pasukan tersebut terlibat dalam kekerasan terhadap warga sipil.

Pengakuan pada hari Selasa tersebut keluar setelah berbulan-bulan Ethiopia dan Eritrea terus menolak kebenaran kabar tersebut, walaupun laporan kredibel itu datang dari kelompok HAM dan warga yang mengatakan kalau pasukan Eritrea telah melakukan pembunuhan massal di Tigray.

Kekacauan ini terjadi setelah pemerintah Ethiopia melancarkan aksi ofensifnya terhadap Tigray People’s Liberation Front (TLPF), yang pada saat itu merupakan partai yang berkuasa di Tigray.

Awal bulan ini, Pengawas HAM melaporkan bahwa pasukan Eritrea di Tigray menembak mati ratusan anak-anak dan warga sipil pada bulan November.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, ikut menyerukan penarikan pasukan Eritrea dari Tigray sedangkan kepala HAM PBB, Michelle Bachelet, mendesak diadakannya investigasi terhadap situasi disana.

Abiy membuat sebuah gebrakan di tahun 2018. Ia berdamai dengan Eritrea setelah peperangan di daerah perbatasannya di Tigray yang berlangsung sudah terlalu lama. Atas pencapaiannya ini, ia memenangkan hadiah Nobel Perdamaian

Namun setelah konflik Tigray meletus kembali pada bulan November, Abiy dituduh bekerja sama dengan Eritrea untuk menangkap pemimpin-pemimpin pemberontak di Tigray.

(RAG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

84  +    =  91