Channel9.id, Jakarta – Pemerintah tengah mendorong transformasi sistem distribusi pangan nasional melalui penguatan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, yang akan dilengkapi dengan Gerai Sembako untuk melayani kebutuhan pokok masyarakat secara langsung. Langkah ini bukan hanya bertujuan menyediakan pangan murah, tetapi juga sebagai instrumen strategis menahan laju inflasi pangan dan memangkas rantai pasok yang selama ini terlalu panjang dan mahal.
Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi menyatakan bahwa distribusi pangan pokok—terutama beras, minyak, dan gula—masih melalui banyak perantara, yang menyebabkan harga naik jauh dari tingkat produsen. Pemerintah kini mendorong jalur distribusi langsung dari petani dan pelaku usaha pangan ke konsumen melalui koperasi.
“Permasalahan utama pangan kita adalah rantai pasok yang terlalu panjang. Ini harus kita pangkas agar lebih efisien. Dari enam tahapan distribusi bisa kita ringkas jadi dua: dari produsen langsung ke koperasi, lalu ke masyarakat,” ujar Arief seusai Rapat Koordinasi Satgas Percepatan Pembentukan Koperasi Merah Putih, Senin (30/6/2025).
Langkah ini akan mengintervensi langsung pola perdagangan yang selama ini didominasi pedagang besar. Berdasarkan kajian BPS tahun 2024, lebih dari 62 persen produksi beras masuk ke jalur pedagang grosir, sementara hanya sekitar 10 persen yang langsung dijual ke rumah tangga. Arief menilai peran koperasi akan signifikan dalam mengubah struktur tersebut agar distribusi pangan lebih merata dan terjangkau.
Dalam implementasinya, NFA menggandeng berbagai pihak mulai dari Gapoktan, BUMN dan BUMD pangan, pelaku swasta, hingga asosiasi produsen pangan untuk memastikan keberlangsungan pasokan. Beberapa perusahaan yang telah menyatakan komitmennya mendukung Gerai Sembako Merah Putih antara lain Perum Bulog, ID FOOD, PT Japfa Comfeed Indonesia, hingga asosiasi seperti PERPADI dan GIMNI.
Untuk menjaga daya saing koperasi, Arief menekankan pentingnya menjaga harga jual di bawah harga minimarket modern. Selain itu, digitalisasi juga akan menjadi bagian dari sistem kerja koperasi, termasuk untuk pengelolaan stok, pemantauan penjualan, dan transparansi harga.
“Kami libatkan Telkom agar sistem inventory koperasi bisa dipantau secara digital. Jadi setiap transaksi dan stok akan tercatat dan transparan. Ini akan sangat membantu pengambilan keputusan,” jelas Arief.
Kebutuhan utama yang akan disediakan di Gerai Sembako Merah Putih berdasarkan evaluasi selama Operasi Pasar Ramadan lalu adalah beras, minyak goreng, dan gula—tiga komoditas yang terbukti paling diburu masyarakat.
Gerai koperasi juga akan menjadi kanal utama untuk penyaluran beras SPHP dan Minyakita, sebagai bagian dari program stabilisasi harga pangan. “Kalau masyarakat cari beras murah, atau Minyakita, semua ada di Koperasi Merah Putih,” tegas Arief.
Dampak nyata dari langkah ini sudah terlihat. Rata-rata inflasi pangan tahunan sepanjang Januari–Mei 2025 tercatat hanya 1,25 persen, menjadi yang terendah dalam empat tahun terakhir. Sebagai pembanding, angka inflasi pangan pada periode yang sama di 2024 mencapai 8,75 persen, di 2023 sebesar 5,63 persen, dan di 2022 sebesar 4,08 persen.
Dengan model distribusi baru berbasis koperasi ini, pemerintah berharap tak hanya menstabilkan harga pangan, tetapi juga memperkuat kedaulatan pangan dari tingkat desa.
“Koperasi Merah Putih adalah kendaraan kita untuk memastikan akses pangan murah, stabil, dan berkeadilan,” tutup Arief.