Hot Topic Nasional

Kritik Pungli, Umar Juara 1 Bhayangkara Mural Festival 2021

Channel9.id – Jakarta. La Ode Umar (29) asal Jakarta, menjadi juara pertama Bhayangkara Mural Festival 2021.

La Ode Umar melukis mural berisi kritikan terhadap polisi perihal pungutan liar (pungli). Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memuji keberanian La Ode dalam mengkritik Polri.

“Alhamdulillah sebagaimana hasil penilaian dewan juri yang saya kira juri-jurinya juri-juri yang terpilih, independen, dan memiliki kemampuan yang tidak diragukan lagi. Juara satunya adalah yang berani mengkritik Polri,” ujar Listyo, Minggu 31 Oktober 2021.

Mural yang dilukis La Ode itu berisi sejumlah gambar mengenai polisi. Terdapat tulisan ‘pungli’ besar berwarna merah di mural itu.

Baca juga: Gelar Lomba Mural, Kapolri Persilahkan Peserta Kritik Polri

Lewat mural tersebut, La ode mengkritisi adanya pungli yang dilakukan oknum Polri, misalnya saja saat melakukan razia kendaraan.

Dia mengingatkan polisi seharusnya memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Hanya, La Ode menyentil polisi yang kerap memberi keadilan hanya kepada orang yang memiliki uang.

Listyo menyatakan, pihaknya menerima kritikan yang disampaikan oleh para muralis. Listyo berterima kasih kepada masyarakat karena seluruh kritikan yang masuk akan menjadi masukan bagi Polri.

“Oleh karena itu, kritik ini tentunya akan kami terima. Dan juga ini adalah aspirasi harapan masyarakat tentang perbaikan Polri ke depan. Sekali lagi terima kasih atas peran serta seluruh rekan-rekan dan kami untuk bisa menjadi Polri yang lebih baik, Polri yang lebih dekat dengan masyarakat, Polri yang dicintai masyarakat,” katanya.

Sementara itu, La Ode merasa senang bisa memenangi festival tersebut. Dia pun mengakui banyak polisi yang baik, tapi ada saja oknum yang menyalahgunakan pangkatnya.

“Memang ada (polisi) yang baik juga. Tapi kebanyakan oknumnya kan bersikap negatif sehingga menjelekkan pihak kepolisian itu sendiri. Tapi itu oknum-oknum tertentu yang menyalahgunakan pangkat atau atribut mereka sebagai penegak hukum, sehingga mereka bisa sewenang-wenang terhadap masyarakat,” ujarnya.

La Ode mengaku tidak ada tekanan saat melukis di markas kepolisian. Dia menjadi semakin yakin bahwa Polri antikritik.

“Kalau saya sih sebenarnya momen. Momen ketika dari pihak kepolisian sendiri menyediakan wadah buat mereka bisa dikritik dengan sebebas-bebasnya. Jadi dengan ada event ini jadi momentum untuk masyarakat. Apalagi kemarin lagi isunya mural yang kontroversial, jadi ini menunjukkan juga dari pihak kepolisian bahwa mereka tidak antikritik,” kata La Ode.

Adapun juara pertama dalam lomba ini mendapat hadiah berupa uang Rp 50 juta, juara kedua mendapat Rp 30 juta, dan juara ketiga mendapat Rp 20 juta. Sementara sisa tujuh orang lainnya menjadi juara harapan, di mana masing-masing mendapat Rp 10 juta.

HY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

9  +  1  =