Kurang Moderasi, Twitter Spaces Berisiko Disalahgunakan
Techno

Kurang Moderasi, Twitter Spaces Berisiko Disalahgunakan

Channel9.id-Jakarta. Sejak Twitter Spaces meluncur pada awal 2021, ratusan orang dilaporkan bergabung ke ruang diskusi yang dipimpin oleh pendukung Taliban, nasionalis kulit putih, dan aktivis antivaksin yang menyebarkan misinformasi tentang virus COVID-19. The Washington Post mengatakan bahwa Twitter memang tak punya alat moderasi yang mumpuni untuk memerangi intimidasi, kekerasan, dan ujaran kebencian sebelum fitur Spaces ada. Namun, fitur ini tetap diluncurkan meski para eksekutif mengetahui kemungkinan adanya penyalahgunaan.

Spaces tak punya moderasi atau teknologi yang bisa memantau audio secara real-time. Meninjau audio secara otomatis memang jauh lebih sulit daripada teks. Adapun, sejauh ini, Twitter mengandalkan laporan dari komunitas yang melihat pelanggaran di ruang diskusi. Namun, jika host Spaces menggunakan Spaces sebagai wadah untuk berbagi pandangan yang transfobia, rasis, atau fanatik, dan audiens setuju dengan mereka, yang artinya, kemungkinan besar audiens tak akan melaporkan diskusi tersebut ke tim keamanan Twitter.

The Washington Post juga melaporkan bahwa teknologi Twitter membantu sejumlah diskusi ini menjadi viral. Ini terjadi karena Space mengumpulkan banyak audiens, sehingga sistem memahaminya sebagai konten populer dan mempromosikannya ke lebih banyak pengguna. Bug ini, menurut juru bicara Twitter Viviana Wiewall, telah ditangani.

“Memastikan keselamatan orang dan mendorong percakapan yang sehat, sambil membantu host dan pendengar untuk mengontrol pengalaman mereka, telah menjadi prioritas utama perusahaan sejak awal pengembangan [Spaces],” kata Wiewall, dikutip dari Engadget. Ia mencatat bahwa perusahaan sedang mengeksplorasi cara untuk memoderasi Spaces secara real-time; ini masih dalam proses.

Wiewall mencatat bahwa Twitter sudah punya sejumlah perlindungan. Teknologi ini bisa memindai judul Spaces untuk mencari kata kunci yang cenderung berbahaya. Namun, ejaan yang dimodifikasi bisa memastikan kata-kata berbahaya tersebut melewati filter.

Diketahui, sejumlah karyawan Twitter dilaporkan telah menyuarakan keprihatinannya terhadap Spaces yang tak dimoderasi. Mereka menyarankan perusahaan untuk memperlambat dan fokus pada peningkatan keamanan dan keselamatan. Sementara itu, eksekutif Twitter keukeuh untuk memajukan fitur Spaces, setidaknya untuk menenangkan investor dengan mempercepat pengembangan produk dan menghasilkan lebih banyak pendapatan.

Sejak Agustus, host yang memenuhi kriteria tertentu bisa mengenakan biaya kepada pengguna lain untuk akses ke Spaces, sembari memberi komisi ke Twitter. Perusahaan juga telah menggunakan aliran pendapatan lain dari luar iklan, termasuk buletin dan langganan premium Twitter Blue. Di lain sisi, ada juga masalah dari produknya, salah satunya pada fitur Tip Jar—di mana pengguna bisa mengirim pembayaran satu sama lain sebagai tip, yang malah mengungkapkan alamat rumah sejumlah pemberi tip melalui jenis transaksi PayPal tertentu.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  15  =  19