Kurikulum Merdeka Diperdebatkan, IKA UNJ: Demi Cari Titik Temu, Bukan Hal Buruk
Nasional

Kurikulum Merdeka Diperdebatkan, IKA UNJ: Demi Cari Titik Temu, Bukan Hal Buruk

Channel9.id-Jakarta. Kurikulum Merdeka tengah diterapkan di sistem pendidikan Indonesia saat ini. Namun, kurikulum ini masih diperdebatkan oleh para peneliti, pemerhati, bahkan para praktisi pendidikan. Meski demikian, Ketua Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta (IKA UNJ) Juri Ardantoro berpendapat bahwa situasi itu bukanlah hal yang buruk.

“Sambil berjalan sambil didiskusikan terus. Tentu ini penting, bukan sesuatu yang jelek. Karena, ketika suatu kebijakan yang diterapkan terus didiskusikan, mudah-mudahan nanti akan lahir keseimbangan baru dari di kebijakan tersebut. Nanti akan terjadi penyesuaian-penyesuaian dan akan ketemu titik bagaimana konstruksi kebijakan Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka,” tutur Juri di muka seminar daring, Rabu (24/5).

Kurikulum Merdeka diharapkan mentransformasikan sistem pendidikan di Indonesia. Tranformasi yang dimaksud seperti “transformasi sistem pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru menjadi berpusat pada anak didik, dari sistem pembelajaran yang sifatnya umum menjadi tematik dan spesifik—yang bertumpu pada pemetaan minat dan bakat anak didik. Juga, transformasi dari infrastruktur yang konvensional menjadi berbasis teknologi,” jelas Juri.

Juri mengatakan bahwa Indonesia mesti “mengejar ketertinggalan dan memastikan generasi atau sumber daya manusia (SDM) mendatang lahir dari sistem pendidikan yang baik.” Namun, lanjutnya, hal ini tak mudah diwujudkan karena ada berbagai tantangan yang harus dihadapi.

“Tantangan yang paling krusial, menurut saya, adalah sejauh mana kesadaran manusia-manusia yang mengelola pendidikan ini siap untuk beradaptasi dengan perubahan yang mendasar ini (terkait sistem pendidikan),” ujar Juri. “Misalnya, dosen dan guru yang saat ini sangat positivistik kemudian harus mengubah paradigma dan cara berpikir yang tidak lagi postivistik. Itu (sistemnya) seperti apa?”

Selain itu, kata Juri, tantangan lainnya yaitu ketersediaan infrastruktur penunjang kegiatan belajar dan mengajar, tantangan kelembagaan dan dukungan dari stakeholder, hingga tantangan dari masyarakat.

Terlepas dari itu, Juri mengingatkan bahwa Pemilu 2024 semakin dekat dan setelah hajatan itu berakhir, ada kemungkinan kebijakan pendidikan akan berubah. Sementara itu, di saat yang bersamaan, Kurikulum Merdeka yang dibesut oleh petahana saat ini melalui Merdeka Belajar, masih jadi perdebatan.

“Inilah yang dikhawatirkan. Apakah kita sanggup untuk membangun konsistensi kesinambungan satu sistem pendidikan dalam jangka yang agak panjang?” Jangan sampai kehilangan orientasi ketika sudah ganti pemimpin. Kita mesti membangun landasan-landasan yang memungkinkan kita tak kehilangan kendali dalam perubahan politik terkait pengelolaan pendidikan.”

Sebagai informasi, diskusi itu digelar secara daring oleh Ikatan Alumni UNJ (IKA UNJ) dengan tajuk “Urgensi Pedagogik dalam Implementasi Kurikulum Merdeka.” Selain Juri, turut hadir Rektor UNJ Prof. Komarudin. Diskusi ini diisi oleh sejumlah narasumber yaitu Dewan Pakar PP IKA UNJ Jimmy P. Paat, Guru Besar Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Prof. Joseph Ernest, dan Kepala SMAN 70 Jakarta Sunaryo.

Baca juga: Kurikulum Pendidikan di Indonesia Harus Berakar dari Pemikir Nasional

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

17  +    =  22