Channel9.id-Jakarta. Ada adagium atau pepatah dalam paradigma postmodern, yang menyebutkan bahwa kebohongan yang terus menerus disampaikan atau dipublikasikan, bisa menjadi sebuah kebenaran. Model komunikasi seperti akan makin massif memasuki tahun politik.
Hal itu disampaikan pengamat media Rahmat Edi Irawan pada Jumat, 25 Maret 2022.
“Beberapa contohnya bisa kita lihat, bagaimana para politisi tampil di panggung depan yang penuh dengan kepura-puraan, sementara di panggung belakang kondisi yang sebenarnya jauh bertolak belakang,”ujarnya.
Rahmat Edi melanjutkan, fenomena yang sering dikatakan sebagai dramaturgi dalam ilmu komunikasi tersebut jelas menunjukkan adanya kebohongan yang selalu ditutupi, sehingga menjadi sebuah kebenaran yang dipercayai publik.
“Kondisi yang nyaris sama juga kita lihat dalam fenomena pesohor kita, para crazy rich yang sebelumnya memperlihatkan kekayaan mereka yang sangat melimpah yang diyakini sebagai hasil kerja keras mereka selama ini,”katanya.
“Ironisnya, sebagian dari mereka sekarang sudah terbukti asset yang mereka kumpulkan adalah hasil dari investasi bodong atau kegiatan ilegal,”lanjut Rahmat Edi.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bina Nusantara Jakarta ini menambahkan, kini, saat Polri tengah berusaha untuk menyita asset-asset mereka, sebagian besar mereka justru ramai-ramai mengaku bahwa itu bukan asset mereka, bahkan sengaja menutup-nutupi kekayaannya.
Baca juga: Petinggi PSI Dilaporkan ke Polisi Terkait Kebohongan Award
“Tentu saja Polri atau negara tidak boleh kalah dengan aksi para orang kaya baru tersebut, jika mereka memang terbukti melakukan pelanggaran hukum dalam proses mengumpulkan kekayaannya tersebut,”imbuhnya.
Menurut Rahmat Edi, bukti digital yang ada di media massa atau media digital, sekarang justru bisa menjadi alat untuk menjerat dan menyita harta mereka yang merupakan hasil tindak pidana pencucian uang.
“Kita harus lawan dan cegah, jangan sampai kebohongan yang terus mereka ungkap selama ini, dipercayai publik menjadi sebuah kebenaran baru,”pungkasnya.