Nasional

LBM PWNU DKI Jakarta Gelar Doa Bersama Untuk Perdamaian Dunia

Channel9.id – Jakarta. LBM PWNU DKI Jakarta bersama RAHIM (Rumah Ibrahim) The Ibrahim Heritage Study Center For Peace dan para tokoh lintas agama baik di dalam maupun luar negeri menggelar acara “Diskusi dan Doa Bersama Untuk Perdamaian Dunia” pukul 18.30—22.30 WIB.

Hadir sebagai narasumber yang memberikan pandangan dan doa yaitu Ustadz Fazlur Rahman Bin Kamsani, Rabbi Yaakov Baruch, KH. Asnawi Ridwan, Niruban Balachandran, Kiyai Mohammad Khairon, Monique Rijkers, KH. Sapri Sale, Elisheva Stross, Kiyai Jamaluddin Mohammad, Kiyai Achmat Hilmi, dan Ustadz H. Eji. Acara dipandu oleh host KH. Roland Gunawan, dan dimoderatori oleh KH. Mukti Ali Qusyairi.

Selaku pembawa acara, KH. Roland Gunawan menjelaskan bahwa tujuan diadakannya diskusi dan doa bersama untuk perdamaian dunia adalah untuk berbagi rasa, berbagi kegelisahan, dan berbagi keprihatinan atas fenomena konflik dan perang belakangan ini.

“Perang dan konflik berdarah harus segera diakhiri, sebabnya bukan semata-mata banyaknya korban yang berjatuhan, tetapi dapat menimbulkan konsekuensi yang lebih serius, yaitu sentimen keagamaan yang bisa memicu terjadinya konflik-konflik lain yang lebih besar di masa depan, padahal perang kali ini tidak ada kaitannya dengan agama,” tutur Kiyai Roland seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Channel9.id di Jakarta, Selasa (7/11/2023).

KH. Mukti Ali Qusyairi, ketua LBM PWNU DKI Jakarta dan direktur RAHIM menambahkan bahwa dunia semakin mengeras dan perang ada di mana-mana, Rusia vs Ukraina, Israel vs Hamas, Arab Saudi vs Yaman, dan lainnya. Karena itu pertemuan antar agama untuk berdiskusi dan doa bersama untuk perdamaian dunia sangat relevan dilaksanakan.

Ustadz Fazlur Rahman Bin Kamsani (Middle East Institute dan dan Kembangan-Chai Chee Harmony Circle, Singapura) menjelaskan pengalaman Singapura dalam merespons konflik, dengan mengatakan bahwa, “apabila berlaku konflik berunsur agama di luar negeri, pemerintah Singapura berwaspada supaya tidak mempengaruhi rakyat tempatan daripada melibatkan diri untuk membenci agama lain. Seperti apa yang berlaku di konflik Gaza-Israel, pemerintah Singapura mementingkan prinsip kemanusian & undang-undang Antarabangsa. Ini dapat dilihat apabila Singapura menyokong Resolusi PBB yang terbaru ini. Singapura juga menyokong semua Resolusi PBB memihak kepada Palestina.”

Ustadz Fazlur Rahman melanjutkan bahwa, dalam usaha kemanusian untuk Gaza, pihaknya bersama lebih 100 wakil berbilang agama dan masyarakat membungkus sebanyak delapan ton barang keperluan bagi masyarakat di sana. Di samping itu kata dia, lebih $4.6 juta telah dikumpul oleh Yayasan Rahmatan Lil Alamin (RLAF) bagi membantu masyarakat terdampak oleh konflik Israel-Palestin di Gaza.

“RLAF adalah di bawah naungan Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) dan dana yang diterima datang daripada rakyat Singapura yang beragam bangsa dan agama. Ini menunjukkan bahawa kami di Singapura prihatin dengan kesengsaraan kemanusian dan akan membantu bersama tidak melihat perbedaan bangsa atau agama. Selama ini pemerintah Singapura juga membantu latihan dalam bidang pemerintahan untuk pegawai-pegawai Palestin dengan dana $10 juta,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Rabbi Yaakov Baruch selaku pemimpin Synagogue Shaar HaShamayim di Minahasa menjelaskan sikap resminya yang mengutuk keras serangan mendadak yang dilakukan oleh organisasi militan Hamas yang melakukan serangan kejutan terhadap warga sipil Israel yang sedang merayakan hari Shabbat dan hari raya Sukkot. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh militan Hamas sangat keji dan tidak berprikemanusiaan, sebab mereka dengan tega membantai warga sipil Israel secara membabi buta mulai dari anak-anak sampai lansia yang tidak berdosa. Dan inilah yang mengakibatkan Israel membalasnya.

“Saat ini bukanlah perang antar muslim dan Yahudi. Sehingga kami berharap peristiwa ini tidak akan mempengaruhi hubungan baik antara umat Yahudi dan umat Muslim di Indonesia. Karena apa yang terjadi tidak bisa dibenarkan dari sisi ajaran agama apapun. Kami berharap agar kiranya kedua belah pihak bisa menahan diri supaya tidak lagi menambah jumlah korban yang berjatuhan baik di pihak Israel maupun juga di pihak warga Palestina di Gaza,” tutur Yaakov.

Niruban Balachandran (jebolah Universitas Harvard University dan direktur East-West Center, USA) berharap ke depan akan semakin banyak kegiatan dialog antariman, khususnya Islam, Kristen, dan Yahudi di dunia dan Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada publik bahwa konflik yang terjadi bukanlah konflik antaragama, melainkan konflik antarnegara.

Monique Rijkers, selaku pengamat konflik Israel-Palestina menyampaikan fakta pahit berdasarkan informasi resmi dari pemerintahan Israel bahwa pasukan Israel akan terus menyerang selama para sandera masih ada yang tersisa dan belum dikembalikan oleh Hamas.

“Yang paling membikin malu adalah sandra dari warga asing dari 28 negara, dengan total 240 orang. Sedangkan warga asing yang tewas terbuhun Hamas dari 39 negara. Sebagian warga asing yang sedang bertamasya, turis, ada pekerja, dan ada yang dwi kewargaan,” terangnya.

Menurut Elisheva Stross, steering committee Rahim urusan luar negeri, menyatakan bahwa sebenarnya apa yang terjadi sekarang adalah pengulangan sejarah dari apa yang terjadi pada 1951, yaitu perang Israel dan Gaza saat ini. Singkatnya, setelah terjadi perang berulang kali antara Israel dan Yordania, Raja Abdullah akhirnya memilih untuk berdamai dengan Israel demi kepentingan rakyatnya. Tetapi pada tahun 1951 Raja Abdullah terbunuh oleh orang Palestina saat ia selesai beribadah di Masjid Al-Aqsa. Beberapa hari sebelum pembunuhan Raja Abdullah, Perdana Menteri Lebanon, Riad Al Sohl juga terbunuh. Ada Ali Razmara, Perdana Menteri Iran, kemudian Abdul Hamid Zanganeh, mantan menteri pendidikan Iran, yang terbunuh beberapa bulan sebelum terbunuhnya Raja Abdullah pada tahun yang sama, 1951.

Elisheva Stross lanjut menjelaskan bahwa, “Di tahun 1951 itu, pemicu dari banyaknya pembunuhan itu karena orang Palestina tidak mau orang-orang Arab di Timur Tengah berdamai dengan Israel.  Menurut dia, sekarang yang terjadi itu persis sama, yang disebabkan karena banyakmya negara Arab yang melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Semakin dekat penandatanganan perjanjian damai antara Arab Saudi dan Israel, orang-orang di Palestina merasa semakin tidak nyaman.

“Sama seperti tahun 1951 di mana orang-orang Palestina tidak mau Raja Abdullah berdamai dengan Israel, sekarang orang-orang Palestina juga tidak senang negara-negara Arab berdamai dengan Israel. Hamas berisiatif melakukan serangan duluan ke Israel untuk mengganggu proses perdamaian itu,” ungkap dia.

KH. Asnawi Ridwan menyatakan bahwa, serasa mustahil kita berharap terwujudnya perdamaian dalam waktu dekat ini. Sebab semua negara bersikap atas dasar keberpihakan pada salah satu pihak dan mengabaikan perasaan pihak lainnya.

“Juga mereka berperang atas nama agama. Ini lebih sulit didamaikan daripada perang dunia 2. Jadi, selama merasa masih punya senjata dan kekuatan, mereka akan berparang terus. Tapi tidak boleh putus asa dan terus berdoa,” katanya.

Semua yang hadir memberikan doa terbaiknya untuk perdamaian dunia, konflik segera berakhir, dan di masa depan tercipta peradaban manusia yang lebih baik. Doa terindah diuntaikan oleh KH. Sapri Sale dan KH. Mohammad Khoiron.

Baca juga: PWNU DKI Jakarta Keluarkan “Resolusi Jihad Kemanusiaan Melawan Terorisme”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  80  =  88