Nasional

Luhut Batalkan Debat Dengan Rizal Ramli, Uchok Sky: Takut Malu dan Salah di Depan Publik

Channel9.id – Jakarta. Direktur CBA Uchok Sky Khadafi menilai, Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) membatalkan debat dengan Rizal Ramli (RR) karena dirinya malu dan takut salah di depan publik.

“Pembatalan debat ini mengingatkan kepada sebait syair dalam lagu dangdut. Lagu tersebut berjudul “kegagalan Cinta” yang sering didendangkan oleh Rhoma Irama. Sedangkan isi bait syairnya kira kira begini “LBP yang memulai, LBP yang mengakhiri,” kata Uchok dalam keterangan tertulis, Senin (29/9).

“Syair lagu kegagalan cinta memang sebuah lagu galau. Kegalauan lagu ini, sama kaya sepotong hati LBP yang sering meresahkannya. Bingung memilih antara mengikuti atau membatakan acara debat terbuka. Bila memilh ikuti debat, takut bikin malu dan salah di depan publik. Nanti apa kata dunia, kalau pejabat tinggi negara sekelas LBP dijadikan bahan ketawaan ketika ada sedikit kesalahan dalam berdebat,” lanjutnya.

Uchok melanjutkan, pembatalan debat tersebut sesuai dengan latar belakang LBP yang pernah menjadi seorang Militer.

“Mana ada debat-debatan dalam tradisi militer. Haram dalam diri seorang tentera itu saling berdebat, atau mau saling mengkritik diantara mereka sendiri. Yang ada hanya satu komando, memberikan perintah ke bawah tanpa ada forum diskusi, atau debat-debatan seperti orang-orang sipil,” kata Uchok.

Terlebih, tidak bisa disangkal yang mulai mengumbar tantangan untuk berdebat itu adalah LBP. Tapi keinginan LBP untuk berdebat, seperti mau melayani RR atau dengan tokoh yang lainnya bukan dengan cara buka-bukaan di publik.

“Sangat pamali bagi mantan tentera atau pejabat tinggi negara buka-bukaan di depan orang banyak. Takut dituduh porno alias membuka rahasia negara,” katanya.

Menurut Uchok, sebetulnya yang ingin LBP lakukan adalah berdiskusi, bukan berdebat.

“Berdiskusi sambil duduk bersama dalam sebuah ruangan. Cara berdiskusi bukan saling menyerang, tapi lebih enak saling berbisik-bisikan seperti orang yang sedang berpacaran. Tidak boleh ada suara-suara yang lain yang kedengaran dalam ruangan tersebut. Selain suara mereka berdua saja. Biar dibilang mesra gitu,” katanya.

Uchok pun menyarankan, tidak usah debat, tetapi beraudensi saja. Para promotor debat membawa RR bersama rombongan lain ke kantor LBP.

“Hal seperti ini pernah dilakukan oleh dosen senior Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Djamester Simarmata yang datang ke Kantor LBP. Di mana Djamester diterima langsung oleh LBP, lalu mereka berdiskusi amat serius. Tapi itu, tidak tahu apa hasil diskusi diantara mereka berdua. Tiba tiba saja, dua-duanya sama-sama saling memuji, dan menganggap tidak ada yang menang atau kalah. Ini namanya diskusi Naif,” ujarnya.

(HY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  88  =  90