Luka Lama Orang Pribumi Kanada Karena Sekolah Perumahan
Internasional

Luka Lama Suku Indian Kanada Karena Sekolah Asrama

Channel9.id-Kanada. Penemuan 215 jasad anak-anak suku Indian di sekolah Asrama Kanada telah membuka kembali luka lama orang  yang pernah sekolah dibawah sistem tersebut, Kamis (3/6/2021).

Antara tahun 1831 dan 1996, sistem sekolah Asrama Kanada telah memaksa sekitar 150,000 anak-anak untuk berpisah dengan keluarga dan rumahnya dan menjadi korban kekerasan, pemerkosaan dan malnutrisi di sekolah-sekolah Asrama di Kanada. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi pada tahun 2015 mengatakan kalau sistem sekolah tersebut sudah melakukan “genosida kultural”.

Sekolah yang dijalankan oleh pemerintah dan kelompok gereja tersebut saat itu mengatakan kalau tujuannya adalah mengasimilasi anak-anak suku Indian ke “era modern”.

Saa Hill Thut, yang menghabiskan masa remajanya di Kamloops Indian Residential School, teringat kembali saat dia merasakan kelaparan, kesepian dan ketakutan.

“Hidup saya menjadi sangat kejam kepada saya,” ujar anggota St’at’imc Nation berusia 72 tahun itu. Dia juga mengalami kekerasan seksual oleh salah seorang staf saat itu, dan ia ingat ia berbaring di tempat tidurnya, menangis karenanya.

“Saya terus berpikir kalau yang melakukan itu semua adalah seorang monster,”

Elizabeth Prosser, anak terakhir dari 13 bersaudara adalah satu-satunya anak yang tidak bersekolah di Kamloops Indian Residential School,

Tapi anggota Tsal’alh nation berusia 55 tahun itu juga meresakan efek dari sistem sekolah tersebut. Dua dari kakak laki-lakinya adalah korban kekerasan verbal, fisik dan seksual di sekolahnya. Saat mereka pulang ke rumah, mereka juga melampiaskan apa yang mereka alami ke Elizabeth.

“Sistem itu menghancurkan keluarga kami. Kapan mereka akan mendapatkan balasan dari apa yang mereka sudah lakukan kepada kami? … mereka sudah menghancurkan hidup saya,” tuturnya.

Judy Wilson, Kepala Suku Neskonlith Indian Band, mengatakan saat ayahnya masih berusia lima tahun, saat ia pergi memancing  dengan kakaknya, mereka diculik oleh seseorang dan dibawa ke sekolah Kamloops.

Dia dipisahkan dari kakaknya, rambutnya dicukur, bingung, dan terus dipukuli karena tidak bisa bahasa “orang kulit putih”.

Wilson mengatakan kalau ia ingin ada investigasi independen perihal kuburan masal di sekolah-sekolah Asrama, kalau bisa juga melibatkan PBB.

“Cerita ini lebih besar daripada sekedar sekolah Asrama. Sistem itu menghancurkan struktur keluarga kami, pemerintahan kami, negeri kami, komunitas kami.  Sungguh sebuah lelucon besar bahwa anak-anak kami harus mengalami kekejaman genosida,” katanya.

“Desa kami sudah seperti desa angker, tak ada anak kecil sama sekali,” tutupnya.

(RAG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7  +  3  =