Nasional

Lukman Hakim: Moderasi Beragama Hindari Pengamalan Agama yang Ekstrem

Channel9.id – Jakarta. Menteri Agama Periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin menilai, masih ada orang yang keliru memahami definisi moderasi beragama.

Lukman menegaskan, moderasi agama bukan berupaya melakukan moderasi terhadap agama. Melainkan, mencoba mengamalkan nilai-nilai agama supaya tidak terjerumus ke bentuk-bentuk pengamalan ekstrem yang berbahaya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

“Istilah moderasi beragama sering disalahpahami. Padahal yang dimoderasi bukan agamanya, tapi cara kita beragama. Jadi istilahnya moderasi beragama bukan moderasi agama,” kata Lukman dalam Webinar ‘Moderasi Beragama, Islam Wasathiyah, dan Kerukunan Bangsa’, Jumat (19/6).

“Sebagaimana istilah moderasi Islam. Tentu Islam tak perlu dimoderasi lagi, tapi cara kita berIslam, memahami Islam, dan mengamalkan Islam yang senantiasa harus dijaga pada koridornya yang moderat. Jangan sampai terjebak ke bentuk-bentuk pengamalan yang ekstrim itu,” lanjut Lukman.

Menurut Lukman, moderasi Islam sangat penting dipahami, terlebih Indonesia merupakan negara majemuk dan menjunjung tinggi nilai spiritual. Dalam hal ini, moderasi Islam mampu menjaga pemahaman seseorang supaya tetap berada dalam koridor yang moderat.

Menurut Lukman, ada dua poin penting dalam melihat dan Moderasi Islam.

“Pertama senantiasa adil, memosisikan diri ke tengah tidak condong ke salah satu sisi. Dalam konteks beragama, kita harus adil melihat berbagai sudut pandang berbeda asalkan masih dalam koridor moderat,” kata Lukman.

Kedua adalah keseimbangan. Lukman menjelaskan, banyak pihak yang mencoba untuk menafsirkan ajaran agama supaya bisa menjadi pedoman kehidupan manusia. Namun, keterbatasan manusia menyebabkan upaya penafsiran tersebut tidak sempurna sehingga muncul sudut pandang berbeda dalam menafsirkan agama.

Oleh karena itu, menurut Lukman, perbedaan sudut pandang itu harus ditoleransi. Namun, Lukman mengingatkan, jika mengarah ke sudut pandang ekstrem, itu tak bisa ditoleransi.

“Sudut pandang berbeda itu adalah bentuk keterbatasan masing-masing manusia sehingga muncul sebuah tafsir keberagaman. Maka hal itu perlu kita senantiasi ditoleransi,” ujar Lukman.

Kemudian, Lukman juga menjelaskan tiga hal supaya Moderasi Islam tetap berada dalam koridornya.

“Pertama, kembali ke ajaran Islam itu sendiri yakni nilai-nilai kemanusiaan. Islam hadir untuk umat manusia. Maka kita mendapatkan paham Islam yang bertolak belakang itu menjerumus ke pengamalan ekstrem. Contohnya, atas nama Islam kita merendahkan keberadaan manusia, apalagi kalau menghilangkan keberadaan manusia,” kata Lukman.

Kedua adalah konsensus yang dibangun bersama dan harus ditaati. Menurut Lukman, salah satu prinsip dasar Islam adalah taat konsensus.

“Karena pada dasarnya manusia itu majemuk dalam menghadapi persoalan kehidupan. Maka tak terhindarkan manusia pasti membangun konsensus bersama,” ujar Lukman.

Terakhir, tidak melanggar ketertiban umum. Lukman menegaskan, Islam hadir untuk menjaga martabat manusia. Jadi tindakan melanggar ketertiban umum tak bisa dibenarkan.

(HY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

82  +    =  92