Lifestyle & Sport

Makan Serangga Menyelamatkan Bumi

Channel9.id-Jakarta. Serangga seperti kecoak, jangkrik, belalang, serta berbagai jenis ulat dan lainnya disebut-sebut akan menjadi makanan alternatif. Makanan alternatif ini disinyalir dapat menyelamatkan Bumi.

Bahkan, hewan tersebut memberikan nutrisi yang lebih baik. Kecoak dan kawan-kawannya memberikan empat kali zat besi, tiga kali protein, serta vitamin dan mineral yang lebih baik jika dibandingkan dengan roti, smoothies, dan telur.

Dengan mngonsumsi berbagai jenis serangga disebut dapat melindungi ozon. Serangga pun tidak membutuhkan banyak air. Mereka dapat hidup di limbah organik dan ruangan yang kecil serta vertikal.

Kecoak dianggap lebih menguntungkan dari segi lahan. Lantaran, seperempat tanah di dunia digunakan untuk menggembala ternak. Sepertiga bagian bumi digunakan untuk menanam tanaman yang dimakan ternak.

Serangga juga membutuhkan makanan lebih sedikit dibandingkan hewan ternak. Jangkrik, misalnya, membutuhkan pakan 12 kali lebih sedikit daripada sapi dan empat kali lebih sedikit dibanding domba.

Selain itu, serangga pun punya siklus hidup yang cepat.

“Dibutuhkan waktu enam minggu untuk memberi makan hewan hingga siap dipasarkan. Namun, dalam periode yang sama, Anda [dapat] memiliki beberapa generasi serangga,” ujar entomolog Jeff Tomberlin.

Jadi, maukah kalian mencoba memakannya?

Faktanya, hingga saat ini, hewan-hewan itu telah menjadi bagian dari makanan sehari-hari seperti cokelat, piza, dan spageti.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengizinkan lebih dari 30 bagian tubuh serangga dan beberapa rambut tikus di setiap cokelat. Hampir dua belatung juga terdapat dalam kaleng saus tomat seberat 16 ons.

Menurut FDA, tak ada cara lain untuk menyingkirkan hewan-hewan itu. Pasalnya, hewan-hewan itu ada di setiap rantai makanan. Alhasil, FDA hanya bisa membiarkannya dan menyebutnya sebagai ‘food defects’ atau ‘cacat makanan’.

Menurut laporan dari Global Market Insights, pasar serangga yang dapat dimakan di AS mencapai US$55 juta pada 2017 dan diperkirakan tumbuh menjadi hampir US$80 juta pada 2024.

Meningkatnya permintaan protein berkualitas tinggi dan gerakan keberlanjutan untuk makanan olahan menjadi alasan menaiknya permintaan terhadap serangga.

Laporan FAO menemukan beberapa serangga yang paling sering dikonsumsi secara global. Di antaranya, semut, kumbang, lebah, ulat bulu, jangkrik, capung, lalat, belalang, serangga daun, belalang, serangga skala, rayap, dan tawon.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

6  +  1  =