Channel9.id-Jakarta. “Metaverse” yang sebenarnya mungkin belum ada. Namun, ini tak menyurutkan semangat para pemasar untuk mengadopsi kata tersebut untuk mempromosikan aplikasi dan game mereka di toko aplikasi seluler.
Menurut laporan terbaru Sensor Tower, saat ini ada 552 aplikasi seluler yang menyertakan istilah “metaverse” dalam judul atau deskripsi aplikasi mereka, dengan harapan bisa menarik minat konsumen dalam evolusi web berikutnya.
Perusahaan riset ini menambahkan bahwa ada banyak tambahan baru hanya beberapa bulan belakangan ini. Di periode November 2021 dan Januari 2022, ada 86 aplikasi global—yang diberi rating oleh pengguna—di App Store dan Google Play yang menggunakan kata “metaverse” ke judul atau deskripsinya.
Dilansir dari TechCrunch, lonjakan penggunaan “metaverse” itu menyusul rebranding Facebook menjadi “Meta”, yang berencana memfokuskan bisnis dan berinvestasi untuk teknologi metaverse dalam dekade mendatang. Kendati Meta tak pernah mengklaim telah rampung membangun “metaverse’, namun kata ini kemudian segera diadopsi oleh perusahaan dan pihak lain untuk menggambarkan lingkungan online yang impresif—di mana orang bisa berinteraksi satu sama lain dengan rupa sendiri secara virtual.
Berbagai startup mulai mendeskripsikan diri mereka sebagai perusahaan metaverse. Platform sosial-crypto—yang sebenarnya hanya MMORPG dengan komponen keuangan yang berat—juga dijuluki metaverse, yang kemudian mendorong pengembangan real estate di metaverse. Masih ada banyak lagi. Meski demikian, platform game Roblox-lah yang disebut-sebut sebagai pelopor metaverse.
Tampaknya pemasar tak begitu peduli dengan persyaratan teknis untuk metaverse—seperti standar industri baru yang perlu dibuat untuk memungkinkan pergerakan antara dunia digital yang bisa dioperasikan, di mana semua teman, koneksi, dan benda virtual hadir.
Setelah Facebook mengumumkan metaverse pada 28 Oktober, jumlah aplikasi yang merujuk kata “metaverse” tumbuh hingga 66% dari bulan ke bulan pada November. Pada akhir November, 29 aplikasi mengadopsi kata tersebut, meningkat dua kali lipat dari 11 aplikasi pada Oktober.
Sensor Tower juga menganalisis jenis aplikasi apa yang memanfaatkan tren metaverse. Ditemukan bahwa banyak aplikasi yang merujuk istilah populer lain selain “metaverse”, seperti “crypto,” “NFTs,” “AR” atau “VR”.
Adapun “crypto” menjadi istilah paling umum yang ditemukan, dengan 23% atau 144 aplikasi yang menggunakan istilah tersebut. Ini tak mengherankan, mengingat komunitas crypto web3 sangat bergantung pada hype akhir-akhir ini yakni “metaverse”.
Sementara “NFT” menjadi istilah paling populer kedua, sebesar 18% atau 118 aplikasi. Istilah “AR” dan “VR” ditemukan masing-masing di 11% (73 aplikasi) dan 9% (55 aplikasi) dari aplikasi “metaverse”.
Istilah “metaverse” juga secara mengejutkan digunakan di berbagai aplikasi, bukan hanya game dan aplikasi keuangan kripto.
Mesku begitu, game seluler memimpin adopsi kata tersebut, dengan 107 aplikasi dalam kategori Game yang merujuk istilah “metaverse”, atau 19%. Kategori terbesar kedua adalah kategori Keuangan, yang mencakup 101 aplikasi “metaverse”. Ini diikuti oleh Sosial (70 aplikasi), Hiburan (57 aplikasi), Buku (37 aplikasi), Gaya Hidup (33 aplikasi), Alat (26 aplikasi), Bisnis (25 aplikasi), Seni dan Desain (13 aplikasi) dan Pendidikan (11 aplikasi).
(LH)