Presiden AS Donald Trump didampingi Presiden China Xi Jinping saat upacara penyambutannya di Beijing (AP Photo/Andrew Harnik)
Petinggi International Monetary Fund (IMF) memepringatkan awan badai sedang mengelilingi ekonomi global. Permasalahannya adalah pemerintah dan bank sentral belum tentu dapat menghadapinya.
Dilansir dari Reuters, IMF telah mendorong pemerintah-pemerintah untuk “membetulkan atap” saat ekonomi dalam dua tahun terakhir masih cerah. Sayangnya, sampai saat ini hal itu belum berhasil dilaksanakan.
“Seperti banyak dari kalian, saya melihat terbentuknya awan badai, dan khawatir pekerjaan untuk mencegah krisis masih belum selesai,” ucap First Deputy Managing Director IMF David Lipton.
“Bank-bank sentral sepertinya akan mengambil tindakan yang tidak konvensional,” lanjutnya. Lipton memandang kebijakan demikian memiliki keefektifan yang jelas, dan ia pun mengungkapkan rasa khawatir mengenai kekuatan (potency) dari kebijakan moneter.
Untuk stimulus, Lipton meragukannya karena beban finansial yang dapat diciptakan. Kondisi pun dipandang berbeda dari krisis finansial pada 2008. Lipton memandang pemerintah saat ini tidak bisa bermanuver sebebas 10 tahun lalu.
Untuk ancaman jangka pendek, IMF menyebut perang dagang. IMF memperkirakan tiga per empat GDP global akan lenyap pada 2020 akibat adu tarif yang berlangsung antara Amerika Serikat dan China. Gencatan senjata antar kedua negara pun dianggap berlangsung lama.
“(Perang dagang) dapat melukai diri sendiri. Jadi penting agar gencatan senjata ini membawa menuju persetujuan yang tahan lama yang menghindari intensifikasi atau melebarnya ketegangan,” tutur dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini: