Channel9.id-Jakarta. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) mencatat mayoritas penerima program prakerja adalah masyarakat yang menganggur saat mendaftar menjadi peserta. Dari total 4.000 pendaftar, sebanyak 2.000 peserta tak memiliki pekerjaan. Ekonom TNP2K Elan Satriawan mengatakan mayoritas warga tak memiliki pekerjaan karena terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Perusahaan mengeluarkan keputusan itu karena terdampak penyebaran virus corona.
“Jadi sebagian besar melaporkan bahwa penerima manfaat ini adalah mereka yang terpengaruh pandemi, mereka terkena PHK, dirumahkan, dan kesulitan mencari pekerjaan,” kata Elan, Senin, 8 Juni 2020.
Elan menuturkan 42,6 persen penerima manfaat atau sebanyak 2.034 peserta Program Kartu Prakerja tidak memiliki pekerjaan atau sedang tidak berusaha. Mereka mengaku sebelumnya adalah seorang karyawan di suatu perusahaan.
Kemudian, 208 peserta atau 4,4 persen adalah peserta yang pada Januari 2020 memiliki usaha tapi sekarang sedang menganggur. Sebanyak 1.679 peserta atau 35,1 persen adalah peserta yang sejak Januari 2020 hingga saat ini tak memiliki pekerjaan. “Jadi ada yang awalnya memiliki pekerjaan kemudian menganggur karena virus corona, dipecat. Lalu ada yang memang tak memiliki pekerjaan,” kata Elan.
Dia menjelaskan sebagian besar peserta menggunakan insentif Program Kartu Prakerja Rpp600 ribu yang dibagikan sebanyak empat kali atau Rp2,4 juta untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. “Jadi kondisi ini mencerminkan situasi yang sebenarnya. Mereka memang membutuhkan bantuan sosial.”
Program Kartu Prakerja mulai berjalan pada pertengahan April 2020. Saat ini, ratusan peserta sudah mengikuti pelatihan melalui platform digital yang menjadi mitra pemerintah. Pemerintah mengalokasikan dana untuk program itu sebesar Rp20 triliun. Dana itu digunakan untuk biaya pelatihan sebesar Rp5,6 triliun, dana insentif sebesar Rp13,45 triliun, dana survei Rp840 miliar, dan dana project management office (PMO) Rp100 juta.