Opini

Memaknai Idulfitri di Masa Pandemi

Oleh:  Dr. H. Uswadin, M.Pd.

Channel9.id – Jakarta. Idul Fitri merupakan momen kemenangan seorang muslim setelah berjuang selama satu bulan melawan hawa nafsu melalui tarbiyah yang dilakukan selama Ramadan. Perjuangan yang tidak mudah ibarat mengikuti sebuah pendidikan dan latihan (diklat) kedisiplinan dan diklat penumbuhan jiwa sosial dan jiwa spiritual yang sangat intensif.

Keberhasilan diklat akan diketahui setelah proses diklat usai. Kehidupan nyata yang harus dijalani lebih lama dari proses waktu diklatnya itu sendiri. Ibarat satu berbanding sebelas maka selama sebelas bulan itulah hakikatnya kita akan memetik dan mengetahui diklat yang telah dijalani.

Ramadan telah mengajari kita untuk dekat kepada ilahi,  dekat dengan kitab suci,  mudah berintrospeksi diri, menumbuhkan jiwa berbagi dan peduli, dan puasa latihan pengendalian diri.

Pasca ramadan kita telah diwisuda sebagai alumni diklat ramadan melalui momen Idul Fitri yang ditandai dengan Shalat dan khutbah Iedul Fitri sebagai ritual wisuda sesunngguhnya. Ada pesan pesan penting wisuda yang disampaikan oleh khatib pada awal pagi syawal sebagai awal perjuangan sesungguhnya agar tidak lupa dan dilupakan oleh peserta diklat.

Pesan silaturahmi dan saling memaafkan adalah hal yang utama, karena dalam interaksi hablun minnas pasti terjadi salah dan khilaf baik di sengaja maupun tidak. Dan memaafkan sesama manusia ini bukan digaransi oleh Allah namun harus dilakukan oleh manusia itu sendiri. Allah hanya mengampuni dosa dosa hambaNya yang bersifat vertikal, hablun minallah.

Inilah hakikat kemanusiaan sesungguhnya yang harus berinteraksi dan bersosialisasi sebagai kodrat mahluk sosial yang kadang terjadi disharmonisasi dalam pelaksanaan sehingga kadang ada yang tersakiti atau yang tersinggung. Disinilah kesalahan mungkin sengaja atau tidak sengaja dilakukan oleh manusia.

Silaturahmi dan saling memaafkan dalam suasana normal dapat dilakukan dengan saling berkunjung dan berjabat tangan namun pada masa pandemi hal tersebut bisa dapat menjadi potensi penularan covid-19 sehingga silaturahmi dapat dilakukan secara tidak langsung melalui telepon, whats app, media sosial, zoom atau pertemuan virtual lainnya. Pemerintah pun membuat aturan larangan mudik atau pulang kampung dalam lebaran ini sehingga tidak muncul klaster klaster baru serta tren kurva covid yang mulai melandai tidak naik lagi dan pada akhirnya bisa selesai seratus persen.

Kerjasama dan saling bantu dalam pengendalian Covid 19 ini sangat diperlukan, sejarah membuktikan hanya dengan persatuan dan kebersamaan, kita dapat menghadapi segala ujian dan rintangan.

Pendidikan kedisiplinan yang dijalani selama ramadan hendaknya pula mengimbas dalam praktik kehidupan keseharian. Siapapun apakah seorang guru, pegawai, pedagang, buruh, militer, atau pengusaha harus menerapkan sikap disiplin dalam tugas. Tanpa takut dengan sanksi atau perlu diawasi petugas maka dengan waskat (pengawasan melekat atau pengawasan malaikat) sesorang akan takut melakukan pelanggaran dan patuh dalam menjalankan tugas.

Sikap sosial perlu terus dipupuk apalagi di masa pandemi ini masih banyak orang orang yang terdampak sehingga kehilangan pekerjaan atau mata pencahariannya perlu bantuan dari orang orang yang mampu. Apabila ini bisa dilakukan maka kita pun bisa mengurangi kesengsaraan sesama dan memperdangkal jurang kesenjangan sosial yang ada.

Ketaatan kita kepada Ilahi dan kedekatan dengan kitab suci jangan sampai tergradasi sehingga kesalehan kesalehan yang dibangun selama Ramadan akan hilang menguap dan kita kembali lagi sama seperti sebelumnya. Kita pun perlu menjaga kebiasaan kebiasaan baik yang sudah dilakukan pada sebelas bulan berikutnya dan kembali ke bulan diklat lagi seterusnya menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi. Maka sangat tepat apabila setelah melewati diklat Ramadan kita akan menjadi pribadi yang lebih baik dan taat yaitu pribadi yang Tattaqun (bertakwa).

Orang yang paling baik adalah orang yang paling bermanfaat kepada orang lain dan orang yang paling mulia di sisi ilahi adalah yang paling takwa. Marilah kita menjadi pribadi yang baik di mata manusia dan menjadi mulia di sisi Yang Maha Kuasa. Idul Fitri merupakan momen meraih keduanya. Inilah yang sering diungkapkan oleh pepatah arab terkait Idul Fitri, Laisal `id liman kana tsaubuhu jadid walakinnal `id liman kana taqwahu yazid.  Artinya Bukanlah `id itu bagi orang yang pakaiannya baru, tetapi `id itu bagi orang yang taqwanya bertambah.

Wallahu alam bishawab.

Penulis adalah Kabid Dikbud PW ISNU DKI Jakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

55  +    =  63