Oleh: Eva Riana Rusdi*
Channel9.id-Jakarta. Di tengah perayaan HUT ke-56 Provinsi Bengkulu pada 18 November, kita diajak untuk merefleksikan perjalanan sejarah dan potensi besar yang dimiliki bumi Raflesia ini. Provinsi yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera ini menyimpan kekayaan alam dan warisan budaya yang luar biasa, jika dikelola dengan tepat, dapat menjadi motor penggerak kemajuan ekonomi di masa depan.
Kekayaan Maritim: Dari Masa Kolonial hingga Kini
Bengkulu yang dahulu dikenal dengan Bangkahulu, Bencoolen (Inggris), Benkoelen (Belanda) memiliki sejarah maritim yang kaya dan menarik. Pada abad ke-17 Bengkulu telah menjadi pelabuhan penting dan wilayah ini menjadi incaran kolonial Inggris dan Belanda karena potensi alam dan pelabuhannya yang strategis. Fort Marlborough yang dibangun oleh Inggris dengan megah pada 1714-1719, bukan sekadar benteng pertahanan, tetapi menjadi saksi bisu kejayaan Bengkulu sebagai pusat perdagangan maritim yang menghubungkan Bengkulu dengan jaringan perdagangan internasional di Samudra Hindia.
Kini, potensi maritim Bengkulu terbentang di sepanjang 525 kilometer garis pantai yang menghadap langsung ke Samudra Hindia. Wilayah ini memiliki berbagai jenis ikan ekonomis seperti tuna, cakalang, tongkol, cumi-cumi dan udang, dengan potensi tangkapan lestari mencapai 126.000 ton per tahun. Teluk-teluk alami seperti Teluk Segara dan Teluk Sepang menawarkan lokasi ideal untuk pengembangan budidaya laut dan industri perikanan modern.
Peluang pengembangan sektor maritim Bengkulu semakin terbuka dengan adanya rencana modernisasi Pelabuhan Pulau Baai. Dengan kedalaman alami mencapai 12 meter, pelabuhan ini berpotensi menjadi hub logistik regional yang melayani perdagangan domestik dan internasional. Pengembangan kawasan industri maritim terintegrasi di sekitar pelabuhan dapat menciptakan nilai tambah bagi hasil laut Bengkulu, mulai dari cold storage, pengalengan ikan, hingga industri bioteknologi kelautan.
Warisan Perkebunan: Dari Lada hingga Kelapa Sawit
Sejarah perkebunan Bengkulu tidak bisa dipisahkan dari kejayaan lada hitam atau “black gold” yang menjadi komoditas primadona pada masa East India Company (EIC) di abad ke-17 hingga 19. Kualitas lada Bengkulu yang dikenal dengan nama “Bencoolen Pepper” sangat dihargai di pasar Eropa karena aromanya yang khas dan tingkat kepedasannya yang tinggi. Sistem tanam paksa lada yang diterapkan EIC telah membentuk pola pertanian yang hingga kini masih mempengaruhi struktur perkebunan di Bengkulu.
Memasuki abad ke-20, diversifikasi komoditas perkebunan mulai berkembang. Kopi Robusta dan Arabika menjadi primadona baru, terutama di dataran tinggi Kepahiang dan Curup yang memiliki iklim ideal untuk pertumbuhan kopi berkualitas tinggi. Saat ini, area perkebunan kopi Bengkulu mencapai lebih dari 90.000 hektar dengan produktivitas yang terus meningkat.
Transformasi besar terjadi pada era 1980-an dengan masuknya investasi perkebunan kelapa sawit. Hingga 2024, luas perkebunan sawit Bengkulu mencapai lebih dari 150.000 hektar, melibatkan ribuan petani plasma dan beberapa perusahaan besar. Karet juga menjadi komoditas penting dengan luas areal mencapai 70.000 hektar yang tersebar di berbagai kabupaten.
Tantangan ke depan adalah mengembangkan industri hilir dan branding produk. Pengembangan kawasan agroindustri terpadu, sertifikasi produk organik, dan penguatan koperasi petani menjadi kunci untuk meningkatkan nilai tambah sektor perkebunan Bengkulu.
Potensi Pertambangan: Antara Kesejahteraan dan Kelestarian
Kekayaan tambang Bengkulu meliputi batubara, emas, dan mineral lainnya. Sejarah mencatat bahwa aktivitas pertambangan telah ada sejak masa kolonial. Namun, eksploitasi sumber daya ini harus diimbangi dengan komitmen terhadap kelestarian lingkungan. Pengembangan industri pertambangan berkelanjutan dengan teknologi ramah lingkungan menjadi kunci keberhasilan sektor ini.
Sektor pertambangan Bengkulu memiliki sejarah panjang sejak era kolonial. Catatan sejarah menunjukkan bahwa eksploitasi emas di Bengkulu telah dimulai sejak abad ke-19 di kawasan Lebong, yang terkenal dengan sebutan “Rejang Lebong Gold Mine”. Tambang ini pernah menjadi salah satu penghasil emas terbesar di Hindia Belanda pada awal abad ke-20.
Saat ini, potensi pertambangan Bengkulu didominasi oleh batubara dengan cadangan terukur mencapai 400 juta ton, tersebar di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, dan Mukomuko. Selain itu, deposit mineral berharga seperti emas, perak, dan tembaga ditemukan di kawasan pegunungan Bukit Barisan, dengan estimasi cadangan emas mencapai 500.000 ton.
Tantangan utama sektor pertambangan Bengkulu adalah menyeimbangkan aspek ekonomi dengan kelestarian lingkungan. Kegiatan pertambangan telah menimbulkan dampak seperti degradasi hutan, pencemaran air, dan konflik sosial. Inovasi diperlukan melalui penerapan teknologi ramah lingkungan seperti underground mining yang meminimalkan kerusakan permukaan, sistem pengolahan limbah tambang terintegrasi, dan reklamasi progresif area pascatambang.
Pengembangan sektor pertambangan ke depan harus mengedepankan prinsip berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat lokal. Program Corporate Social Responsibility (CSR) yang tepat sasaran, transfer teknologi, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar tambang menjadi kunci keberhasilan sektor ini.
Wisata Sejarah dan Budaya: Membangkitkan Kejayaan Masa Lalu
Bengkulu menyimpan warisan sejarah yang mencerminkan persilangan budaya dan dinamika politik dari berbagai era. Fort Marlborough, benteng Inggris terbesar di Asia Tenggara yang berdiri megah sebagai saksi kejayaan era Inggris di Bengkulu selama 140 tahun (1685-1825). Peninggalan sejarah periode kolonial ini memberikan pengalman wisata sejarah yang dapat dikembangkan untuk membangkitkan rasa nasionalisme pada generasi penerus.
Rumah pengasingan Bung Karno (1938-1942) menyimpan nilai sejarah perjuangan kemerdekaan yang tak ternilai. Di sini, Soekarno menulis surat-surat bersejarah dan berinteraksi dengan tokoh-tokoh pergerakan lokal. Kompleks ini juga mencakup Gedung Bunker dan Taman Melati yang menyimpan kisah-kisah menarik tentang kehidupan pribadi Bung Karno selama pengasingan.
Kekayaan budaya Bengkulu tercermin dalam keragaman tradisi suku Rejang, Serawai, Enggano, dan Mukomuko. Setiap suku memiliki keunikan dalam arsitektur tradisional, seperti rumah bubungan lima Rejang dan rumah panggung Serawai. Ritual adat seperti Tabot, yang merupakan perpaduan budaya Bengkulu-India, telah menjadi festival budaya tahunan yang menarik wisatawan domestik dan mancanegara.
Pengembangan wisata heritage Bengkulu kini dapat diarahkan pada konsep “Living History” yang mengintegrasikan situs bersejarah dengan aktivitas budaya kontemporer. Program-program seperti tur sejarah interaktif, workshop kerajinan tradisional, dan festival kuliner heritage dikemas untuk memberikan pengalaman mendalam bagi wisatawan sekaligus memberdayakan komunitas lokal. Pengembangan wisata heritage yang terintegrasi dengan ekonomi kreatif dapat menciptakan multiplier effect bagi perekonomian lokal. Selain itu digitalisasi destinasi wisata serta promosi budaya yang luas menjadi langkah strategis untuk memperkenalkan Bengkulu ditingkat nasional dan internasional.
Peluang dan Tantangan Pembangunan Bengkulu
Era transformasi digital dan perubahan geopolitik global membuka peluang besar bagi Bengkulu untuk melakukan lompatan pembangunan. Bengkulu dapat memaksimalkan potensinya dengan berbagai langkah strategis.
Posisi Bengkulu yang strategis di Samudra Hindia membuka peluang pengembangan Pelabuhan Pulau Baai sebagai hub logistik alternatif di Pantai Barat Sumatera. Pelabuhan ini berpotensi melayani kapal-kapal besar dan menjadi gateway untuk perdagangan internasional. Pelabuhan Pulau Baai dapat dikembangkan menadi smart port untuk mendukung aktivitas maritim. Selain itu diperlukan langkah pembangunan untuk memperkuat konektivitas antar wilayah pedalaman ke pelabuhan dan meingintegrasikan jaringan pelabuhan ke pelabuan Bengkulu.
Di sektor pertanian dan perkebunan, tren global menuju produk organik dan berkelanjutan membuka peluang bagi produk unggulan Bengkulu seperti kopi spesial dan lada premium untuk memasuki pasar ekspor bernilai tinggi. Sertifikasi internasional dan pengembangan brand lokal dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian.
Namun, tantangan signifikan masih perlu diatasi. Infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, dan internet masih belum merata, terutama di wilayah pedalaman. Kualitas SDM juga masih perlu ditingkatkan untuk menghadapi persaingan global. Gap kompetensi digital dan kurangnya tenaga ahli di sektor-sektor strategis menjadi kendala serius yang harus segera dibenahi.
Dengan kekayaan alam yang melimpah dan warisan budaya yang kuat, Bengkulu memiliki modal besar untuk menjadi provinsi yang maju dan sejahtera. Diperlukan kolaborasi semua pemangku kepentingan untuk mewujudkan visi ini. Momentum HUT ke-56 hendaknya menjadi titik tolak untuk akselerasi pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Di usia yang semakin matang ini, Bengkulu harus optimis menatap masa depan. Dengan pengelolaan yang tepat atas potensi maritim, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta dukungan SDM yang berkualitas, mimpi menjadi provinsi yang maju dan sejahtera bukanlah sekadar angan-angan. Dirgahayu Provinsi Bengkulu, Camkoha!
Baca juga: Bung Tomo, Suara yang Membakar Semangat Arek-arek Suroboyo
*Kandidat Doktor Ilmu Sejarah Universitas Indonesia