Mengenal Gastrodiplomacy, Diplomasi Hidangan Lezat
Lifestyle & Sport

Mengenal Gastrodiplomacy, Diplomasi Hidangan Lezat

Channel9.id-Jakarta. Maraknya restoran hidangan Korea Selatan merupakan dampak dari upaya Gastrodiplomacy. Indonesia disebut dapat mencontoh langkah tersebut.

Kebudayaan korea telah masuk ke berbagai negara terutama Indonesia. Hal tersebut masuk beriringan dengan Korean Wave (Hallyu) dalam bentuk produk kebudayaan seperti music pop korea (k-pop), drama (k-pop), dan sinema.

Disamping itu Hallyu juga melibatkan produk pangan yang dikenal dengan Hansik. Fenomena ini dikenal Gastrodiplomacy. Produk pangan korea tersebut mencakup beberapa hidangan popular diantaranya adalah Bibimbap, Kimchi dan Bulgogi yang telah menggapai lidah masyarakat di tempat tujuan Gastrodiplomacy asal negeri Gingseng ini.

Dilansir dari theaseanpost, riset University of Southern California dari pusat diplomasi public (centre on public diplomacy) menyebutkan bahwa kebijakan Korea selatan proyek diplomasi hidangan asal Korea Selatan ini pernah meluncurkan dana sebesar 77 juta dollar Amerika.

Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan restoran penyedia hidangan asal korea pada 2009. Tujuan utamanya adalah melipat gandakan jumlah restoran yang menawarkan makanan khas negerinya di luar Korea Selantan. Diharapkan agar hidangan khas Korea Selatan menjadi citra makanan level dunia pada 2017.

Gastrodiplomcay, merupakan bagian dari diplomacy soft power memiliki kemiripan dengan import produk kebudayaan lainnya. Disebutkan bahwa langkah strategis ini bertujuan untuk membawa identitas negara asal ke panggung internasional.

Dalam konteks Gastrodiplomacy, dapat juga berpengaruh pada pendapatan ekonomi karena menekan pada produk makanan. Tentu saja hal ini dianggap dapat mendukung sector pariwisata.

Disamping Korea Selatan, langkah strategis ini juga jadi upaya beberapa negara Asia seperti Thailand dan Malaysia.

Di Amerika, sebagai contoh, tercatat peningkatan jumlah retorat yang menawarkan hidangan asal Thailand yang saat ini diperkirakan berada di posisi 15.000 vendor. Kebijakan ini sudah menjadi salah satu langkah strategis pemerintahnya sejak tahun 2002.

Sedangkan Malaysia telah meluncurkan kampanye global “Malaysia Kitchen for the World Campaign” pada tahun 2010. Agenda ini disebut memiliki focus untuk meraih pangsa pasar di Inggris dan Amerika.

The Indonesian Gastronomy Asccociation (IGA) dan Pusat studi Gastrodiplomacy dari universitas Jember, dalam webinar (24/06/2020) menyebutkan bahwa Gastronomic Diplomacy memiliki perbedaan dengan diplomasi kuliner karena berfokus pada dimensi kultural dari sebuah hidangan. Sehingga dapat mengenalkan tempat asal santapan tersebut.

Darmansjah Djumala, diplomat senior untuk Austria dan dosen Universitas Padjajaran, menuliskan dalam kolom opini media bahwa Indonesia dapat mempromosikan hidangan Tumpeng. Disebutkan bahwa hidangan berbahan dasar nasi tersebut dapat digunakan untuk menampilkan symbol masyarakat Indonesia yang religus. Bentuk tumpeng penuh symbol doa dan harapan untuk pencipta. Sedangkan toping Tumpeng melambangkan multikulturalisme Indonesia.

(FB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

8  +  2  =