Channel9.id-Jakarta. Toxic positivity sempat jadi istilah yang beredar di media sosial. Hal tersebut menampilkan kecenderungan orang menghadapi fenomena ini. Namun bukankah bersikap positif pada umumnya baik? Kenapa justru sikap positif itu justru dapat jadi racun dalam komunikasi sosial?
Psychchology today mencatat bahwa Toxic positivity sebenarnya bukanlah istilah resmi psikologis. Namun hal tersebut dapat ditemukan dalam komunikasi sosial sehari-hari. Toxic positivity atau positivitas beracun adalah tindakan meredam, menghindari atau menolak emosi negatif dengan menekankan pikiran yang positif saja. Hal ini menjadi bermasalah karena dapat membatasi pengalaman emosional seseorang dengan kata-kata positif.
Dilansir dari Medical news today, positivitas beracun ini menganggap bahwa pikiran positif sebagai solusi tunggal terhadap semua masalah. Meskipun tidak ada menjadi istilah resmi psikologi, elemen dari fenomena ini muncul dalam bias positif sebagai kejadian buruk atau bencana.
Beberapa riset yang terkait risiko perilaku ini berdampak mengabaikan risiko merusak, mengecilkan dampak dari sebuah kehilangan, stigma dan isolasi, masalah komunikasi, dan menurunnya kepercayaan diri.
Pada riset metastudi terhadap 29 penelitian kekerasan domestik menemukan bahwa bias positif berdampak pada kekerasan yang berulang. Seperti yang disebutkan diatas, bias positif terhadap suatu masalah bisa mendorong dampak buruk terus berulang. Hal tersebut berkaitan erat dengan stigma terhadap seseorang, American Psychiatric Association menyebut bahwa keadaan ini membuat orang enggan mencari bantuan profesional.
Emosi negatif harus diakui sebagai hal natural dari manusia. Sehingga upaya meredam tanpa solusi nyata, apalagi penekanan untuk berpikir positif bukanlah jalan keluarnya. Beberapa riset juga menemukan bahwa membicarakan emosi buruk dapat membantu otak untuk memprosesnya dengan lebih baik.
Baca juga: Berpikiran Negatif Bisa Picu Demensia
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk terhindar dari pola komunikasi beracun ini yakni, mendorong orang lain agar menyampaikan perasaannya, lebih nyaman menyampaikan emosi negatif,dan hindari merespon semua permasalahan dengan nada positif.
(FB)