Channel9.id, Jakarta – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan komitmennya untuk menjaga keberlangsungan industri rokok nasional. Ia juga menyinggung masuknya pasokan rokok dari China yang berpotensi menekan produsen dalam negeri.
Purbaya menyatakan telah menjadwalkan pertemuan dengan asosiasi pengusaha rokok dalam waktu dekat untuk membahas langkah terbaik terkait tarif cukai. Menurutnya, pemerintah tidak harus menaikkan tarif hanya demi meningkatkan penerimaan negara.
“Kita ingin menjaga agar industri rokok domestik tetap bertahan, jangan sampai justru mati, sementara industri rokok di China hidup karena memasok ke kita,” ujarnya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (23/9/2025).
Ia menambahkan, jika pertemuan tatap muka belum dapat dilakukan dalam satu hingga dua hari ke depan, komunikasi akan dilakukan melalui telepon. Mantan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) itu juga meminta publik bersabar menunggu keputusan mengenai tarif cukai 2026, sembari mendengarkan masukan langsung dari para pelaku usaha.
Di sisi lain, Ketua Badan Anggaran DPR Said Abdullah menilai tarif cukai rokok saat ini memang relatif tinggi. Namun, pemerintah juga membidik penerimaan besar dari sektor ini, yakni Rp230,09 triliun pada 2025, atau 94,22 persen dari total target cukai Rp244,2 triliun. Said menilai penyesuaian tarif masih memungkinkan melalui pengaturan layer atau lapisan cukai yang berbeda berdasarkan jenis produk, kapasitas produksi, maupun harga jual eceran.
“Kalau lapisan tarif diperlebar, produsen skala menengah dan kecil bisa tetap hidup. Tetapi bila diperketat, maka yang kecil akan kesulitan bergerak, sementara pemain besar masih bisa bertahan meski pertumbuhannya menurun,” jelas Said.





