Opini

Menulis Impian

Oleh: Fatchuri Rosidin*

Channel9.id-Jakarta. Anda punya impian yang belum terwujud? Tulislah sekarang! Sebuah riset yang dilakukan di Yale University tahun 1954 membuktikan pentingnya menuliskan impian. Para mahasiswa Yale ditanya apakah mereka punya impian atau rencana setelah lulus kuliah. Hasilnya hanya 3% yang memilikinya dan menuliskan impiannya dengan jelas.

Dua puluh tahun kemudian, mereka dihubungi kembali untuk dilihat kesuksesan mereka. Hasilnya mengejutkan. Tiga persen orang yang saat mahasiswa punya impian jelas dan menuliskannya itu ternyata memiliki kekayaan yang jauh lebih banyak dibandingkan 97% orang yang tidak punya impian. Kekayaan 3% orang yang punya impian ini bahkan lebih besar dibandingkan gabungan kekayaan 97% orang yang tidak punya impian.

Mengapa bisa begitu? Begitu besarnyakah pengaruh impian? Ya! Bagi mereka yang punya impian jelas dan cita-cita yang kuat untuk diwujudkan, hidup tidak sekadar mengalir begitu saja. Mereka akan memiliki fokus, membangun kompetensinya pada bidang yang jadi cita-citanya, dan bekerja lebih untuk mewujudkan mimpinya.

Bayangkan Anda sangat ingin membeli sepeda motor impian. Sangat ingin. Brosurnya sudah lama Anda punya. Fotonya bahkan Anda gunting dan ditempelkan di kamar. Masalahnya hanya satu: uang Anda tidak cukup. Masih kurang 3 juta lagi. Kalau Anda sangat menginginkan sepeda motor itu, Anda akan berusaha sebisa mungkin mencari uang tambahan. Anda juga akan mengurangi pengeluaran sehemat mungkin.

Apa yang membuat Anda mau bekerja keras mendapatkan penghasilan tambahan dan berhemat mengurangi pengeluaran? Ya betul, karena Anda punya impian. Impian membuat hidup kita lebih hidup. Tanpa impian, kita hanya menjadi robot yang bekerja sekedar rutinitas dan menggugurkan kewajiban. Tak lebih.

Impian juga membuat kita punya harapan dan menghindarkan kita dari depresi. Seperti Victor Frankl. Ia hidup bersama ratusan tahanan di kamp konsentrasi saat perang dunia kedua. Salah seorang tahanan bermimpi bahwa perang dunia akan berakhir tanggal 30 Maret 1945 dan semua tahanan akan dibebaskan. Sejak saat itu tahanan tersebut bersemangat hidupnya. Impiannya akan kebebasan telah membuat hidupnya punya sesuatu untuk diperjuangkan. Tapi menjelang 30 Maret tak ada tanda-tanda perang berhenti. Harapannya makin menipis. Ia tak lagi bersemangat hingga jatuh sakit. Ia tak punya lagi impian. Dan 31 Maret 1945, tahanan tersebut meninggal.

Sebelumnya, kematian di kamp konsentrasi perang juga banyak terjadi di akhir Desember 1944 hingga Januari 1945. Banyak tahanan yang berharap perang selesai hingga mereka bisa merayakan Natal 1944 bersama keluarga. Tapi hingga menjelang Natal tak ada tanda-tanda perang berhenti. Sejak itu mereka kehilangan harapan dan mulai jatuh sakit hingga meninggal.

Jadi, apa impian Anda? Apakah Anda punya impian yang sangat ingin Anda wujudkan? Tulislah dan mulailah bekerja mewujudkannya. Hidup Anda akan jauh lebih hidup.

*Direktur Inspirasi Melintas Zaman (IMZ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  73  =  78