Channel9.id-Jakarta. Pandemi COVID-19 mendorong perusahaan untuk beriklan di ruang digital. Hal ini membuat belanja iklan digital di Indonesia meningkat menjadi 20% di 2020, sebagaimana data Nielsen.
Untuk diketahui, Nielsen menyebutkan bahwa total belanja iklan di Indonesia pada 2020 mencapai Rp229 triliun di semua tipe medium iklan.
Kendati belanja iklan digital naik, medium televisi rupanya masih unggul, di mana belanja iklannya mencapai 70% lebih.
Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) DKI Jaya Elwin Mok pun mengamini laporan itu. “Kalau di perkotaan, digitalisasi itu memang umum dan ada di mana-mana. Faktanya, di luar itu, market paling besar di Indonesia gak semuanya digital,” sambung dia, baru-baru ini.
Baca juga: Pandemi Melanda, Industri Periklanan Potong Gaji Hingga Beralih ke Digital
Meski begitu, Iman Sugema, Dosen Departemen Ilmu Ekonomi di Institute Pertanian Bogor, memprediksi bahwa iklan digital akan mendominasi di beberapa tahun mendatang. Ia menilai bahwa pandemi yang sudah didukung teknologi digital ini akan mengakselerasi perpindahan ke digital.
“Karena iklan di ruang digital itu, bisa dilakukan melalui robot algorithm—yang bisa mencari segmen-segmen yang lebih pas dengan konsumennya. Berbeda dengan televisi yang gak bisa diatur seperti itu. Jadi, meski saat ini belanja iklan digital baru 20%, tapi ke depannya, iklan digital akan take over,” tutur Iman, di kesempatan yang sama.
Namun, ia melanjutkan bahwa bukan berarti agensi periklanan bisa tergantikan oleh robot atau algoritma. Pasalnya, brand nyaris tak pernah membuat iklan sendiri.
Ia bahkan memprediksi bahwa lima hingga sepuluh tahun lagi, industri ini mungkin lebih cepat dari industri lainnya. “Jadi jasa iklan itu akan terus ada, karena ini industri kreatif,” imbuh Iman.
Selaku orang yang berkiprah di industri periklanan, Elwin juga mengaku percaya diri bahwa jasa mereka akan terus diperlukan.
“Hal yang dijual agensi kreatif adalah soal pendekatan kepada masyarakat, bagaimana kami membungkus message. Shifting dan mind set konsumen itu jadi prioritas. Misalnya di pandemi ini, kami lihat seperti apa polanya, kami dituntut punya sensitivitas. Sekarang ini, orang mikirin soal affordability, lalu health. Tampaknya juga ada altruism. Itu jadi prioritas kami. Itu contoh shifting yang berubah. Ini juga akan memengaruhi plan iklan juga,” kata dia.
(LH)