Channel9.id-Jakarta. Empat puluh persen remaja di Indonesia masih berkeliaran di luar rumah, selain untuk berobat dan membeli makan. Angka itu didapat dari riset yang dilakukan terhadap kurang lebih 4.000 responden anak-anak usia 16-18 tahun di seluruh Indonesia pada Maret lalu, oleh United Nation Children’s Fund (Unicef) Indonesia.
“Artinya larangan untuk tidak kumpul, tidak bepergian, atau di rumah saja, itu perlu diperkuat,” ucap Spesialis Komunikasi Perubahan Perilaku Unicef Indonesia Rizky Ika Syafitri di video konferensi, Sabtu (11/4).
Menanggapi hal itu, ia pun mengimbau para orang tua untuk mencontohkan yang baik kepada anaknya di tengah pandemi ini. Karena, menurutnya, anak-anak cenderung mencontoh perilaku orang dewasa. “Misalnya, cuci tangan pakai sabun, berpergian memakai masker, dan membawa hand sanitizer saat keluar rumah. Yang lain adalah be kind, tetap baik menjaga solidaritas di situasi yang sulit ini,” lanjutnya.
Unicef Indonesia juga mencatat 38% anak-anak merasa dalam suasana hati cukup baik di tengah penyebaran virus corona, sementara, 28% lainnya mengaku sedih.
Tak hanya Unicef, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengungkapkan hal senada.
Kemen-PPPA mendapati 74% anak mengaku masih melihat warga yang keluar rumah di lingkungan mereka. Namun, hampir 99% mereka memahami bahwa gerakan di rumah saja sangat penting dalam menekan penularan pandemi.
Adapun riset Kementerian PPPA tersebut berdasarkan survei melalui google form yang dilakukan oleh pengurus Forum Anak Seluruh Indonesia pada periode 26-29 Maret 2020 dari 29 provinsi.
Respondennya ialah anak usia 14-17 tahun sebanyak 90%. Rinciannya, 69% anak perempuan dan 31% anak laki-laki.
“Sebagian besar anak menjadi waspada dalam menghadapi situasi ini, tetapi ada anak yang merasa biasa saja,” tutur Sekretaris Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian PPPA Eko Novi Ariyanti.
Orang tua, kata dia, harus waspada jika anak mereka bersikap paranoid terhadap pandemi. Pasalnya, ketakutan yang berlebih dikhawatirkan dapat mengganggu psikologis anak.
Ia turut meminta orang tua waspada jika anaknya mengaku biasa saja menghadapi penyebaran virus corona. Sebab, dikhawatirkan anak tersebut menjadi tidak peduli dengan tindakan pencegahan penyebaran.
(LH)