Militer Sudan Tembak Mati 15 Pengunjuk Rasa
Internasional

Militer Sudan Tembak Mati 15 Pengunjuk Rasa

Channel9.id-Sudan. Pasukan keamanan Sudan menembak mati setidaknya 15 orang dan melukai puluhan lainnya disaat ribuan warga turun ke jalan pada Rabu lalu untuk melakukan demonstrasi penolakan kudeta, ungkap medis Sudan, Kamis (18/11/2021).

Para pengunjuk rasa yang turun ke jalanan kota Khartoum, kota Bahri, dan Kota Omdurman mendesak pihak junta mengembalikan kepemerintahan ke pemerintah sipil dan dipidananya para pemimpin kudeta.

Pasukan keamanan Sudan melepaskan lima peluru tajam dan melemparkan gas air mata untuk membubarkan para warga yang berkumpul di ketiga kota tersebut. Selain itu junta juga memutus jaringan komunikasi telpon, ungkap para saksi. Televisi nasional melaporkan pihak kepolisian dan pengunjuk rasa sama-sama mengalami luka-luka.

“Pasukan kudeta telah menggunakan peluru tajam di beberapa daerah ibu kota dan ada puluhan lainnya yang terkena luka tembak, beberapa diantaranya mengalami luka serius,” ujar Komite Pusat Dokter Sudan. Kebanyakan korban jiwa terjadi di kota Bahri.

Sebagai respon serangan serius tersebut, para pengunjuk rasa membangun semacam barikade dan memblokade jalanan hingga macet total.

“Para warga benar-benar sedang merasa ketakutan,” ujar salah seorang pengunjuk rasa di Omdurman.

Sebelumnya di jalanan utama Khartoum, para pengunjuk rasa membakar ban dan berteriak: “Rakyat lebih kuat dan kita tidak akan mundur,” serunya.

Beberapa demonstran membawa foto mereka yang sudah gugur dalam berunjuk rasa dan menyerukan: “Legitimasi datang dari jalanan, bukan dari meriam,” teriak mereka.

Foto-foto para pengunjuk rasa di kota-kota lainnya seperti Pelabuhan Sudan, Kassala, Dongola, Wad Madani dan Geneina beredar luas di sosial media.

Menurut para saksi, pasukan junta banyak dikerahkan di jalanan utama dan persimpangan. Selain itu jembatan penyebrangan Sungai Nil ditutup. Pasukan junta juga dilaporkan sampai mengejar para pengunjuk rasa ke daerah perumahan dan masuk ke rumah-rumah untuk menangkap mereka.

Masih belum ada pernyataan dari perwakilan pasukan junta maupun kepolisian. Pemimpin junta, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengatakan kalau ia memperbolehkan unjuk rasa yang damai dan menyatakan kalau militer tidak akan membunuh para pengunjuk rasa.

Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Afrika Molly Phee mengatakan dalam sebuah tweet: “Saya merasa sedih dengan adanya kekerasan dan hilangnya nyawa manusia di Sudan. Kami mengutuk tindakan kekerasan terhadap unjuk rasa yang damai dan menyerukan adanya perlindungan HAM di Sudan,” cuitnya

Phee bertemu dengan Hamdok dalam kunjungannya ke Khartoum pada hari Selasa lalu dimana mereka mendiskusikan langkah-langkah untuk mengembalikan kepemerintahan demokrasi transisi Sudan.

(RAG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

59  +    =  62