Techno

Minim Pengelolaan Sampah

Channel9.id-Jakarta. Menurut Agus Haryanto dari Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia.

Ia melanjutkan, dibutuhkan puluhan hingga ratusan tahun agar sampah plastik terurai di alam. Penguraian ini semakin sulit lantaran penambahan berbagai bahan kimia lain pada bahan plastik, seperti plasticizer (pelentur), antioksidan, stabilizer ataupun aditif lain.

Selain itu, penggunaan plastik tidak benar dan tidak sesuai dengan kegunaannya dapat mengancam kesehatan manusia. “Seperti penyakit kanker, gangguan reproduksi, radang paru-paru dan lain sebagainya,“ terang Agus.

Kendati demikian, berdasarkan data Plastic Insight di 2016, Indonesia merupakan negara pengguna plastik terendah di Asia yakni 20 kilogram per kapita. Padahal rata-rata konsumsi plastik dunia ialah 45 kilogram. Hal ini mengindikasikan bahwa hal yang patut menjadi sorotan ialah pengelolaan limbah plastik.

Pusat Penelitian Kimia LIPI telah berupaya mengatasi persoalan pengelolaan limbah plastik. Beberapa inovasi teknologi tersebut antara lain, menggunakan plasticizer turunan minyak sawit dan mengembangkan bioplastik yang terbuat dari tapioka, selulosa, dan poliasam laktat agar mudah terurai.

Selain itu, inisiatif menangani persoalan ini pun muncul dari perusahaan Parongpong. Perusahaan ini didirikan pada 2017. Sesuai namanya, perusahaan ini berbasis di desa Parongpong, Jawa Barat. Salah satu kegiatannya yakni mendaur ulang limbah plastik menjadi dompet atau tas. Selain itu, mereka menjalankan program di mana masyarakat dapat menukarkan sampah dengan sayuran.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

78  +    =  80