Nasional

Modernisasi Pertanian & Literasi Digital: Kunci Indonesia Raih Surplus Beras & Wujudkan “Feed The World”

Channel9.id-Gresik. Modernisasi pertanian Indonesia tidak lagi sekadar tentang traktor dan irigasi. Di era digital, kunci utama ketahanan pangan terletak pada integrasi mendalam smart farming, Internet of Things (IoT), big data, dan literasi digital bagi para petani. Hal ini ditegaskan oleh Khilmi, Anggota DPR RI Komisi VI dari Dapil Lamongan-Gresik, dalam acara sosialisasi “Modernisasi Pertanian Melalui Literasi Digital” di Gresik, Minggu (21/12/2025), yang diselenggarakan berkat dukungan Pelindo.

Khilmi menekankan bahwa modernisasi harus mencakup perubahan fundamental dalam pengelolaan sektor pertanian. “Modernisasi adalah kunci. Di era ini, kita butuh smart farming dan platform digital untuk mempermudah akses pasar, menciptakan peluang ekonomi baru, dan memperluas jangkauan produk agribisnis kita ke tingkat internasional,” ujarnya.

Menurut politisi Fraksi Gerindra ini, pemanfaatan teknologi akan mengoptimalkan potensi agraris negeri untuk swasembada pangan. “Dengan memanfaatkan teknologi, potensi agraris yang melimpah akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap terwujudnya swasembada pangan,” tegas Khilmi.

Diskusi ini semakin relevan dengan visi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia atau “Indonesia to Feed the World”. Khilmi menyatakan bahwa peluang mewujudkan visi tersebut sangat besar, asalkan didukung kolaborasi lintas sektor yang solid antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan komunitas petani.

“Kolaborasi ini penting agar sektor pertanian tidak hanya menjadi tulang punggung ekonomi nasional, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan global,” paparnya.

Untuk mencapai hal itu, pertanian modern harus berbasis ilmu pengetahuan, mengintegrasikan bioekonomi, inovasi teknologi, dan pendampingan lapangan yang berkelanjutan. Fokusnya meliputi sistem produksi efisien, pemanfaatan biomassa, dan pengembangan SDM pertanian yang unggul.

Pemerintah, melalui Kementerian Pertanian, telah menggelontorkan berbagai dukungan untuk mempercepat transformasi ini. Dukungan tersebut antara lain penyediaan akses Alsintan (Alat dan Mesin Pertanian) yang efisien, benih unggul, serta pupuk bersubsidi berkualitas tanpa pungutan tambahan.

Upaya ini diiringi penguatan penegakan hukum untuk memberantas praktik merugikan petani, seperti peredaran pupuk palsu yang merusak lahan dan menyebabkan kerugian negara.

Hasil dari pendekatan multi-sektor ini mulai terlihat nyata. Data produksi beras hingga Oktober 2025 menunjukkan capaian menggembirakan: produksi mencapai 31 juta ton, melampaui kebutuhan konsumsi nasional yang sekitar 27 juta ton. Indonesia bahkan mencatat surplus beras sekitar 3,7 juta ton, salah satu surplus tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

“Keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan hasil pertanian menjadi indikator utama terwujudnya ketahanan pangan. Kita tidak lagi bergantung pada impor, tetapi bertumpu pada kekuatan pangan dalam negeri,” kata Khilmi.

Ia menyimpulkan bahwa surplus beras ini adalah buah nyata dari program modernisasi pertanian berbasis literasi digital yang terus digaungkan.

“Ini saya kira hasil yang nyata dari program modernisasi pertanian melalui literasi digital, yang selama ini terus digaungkan oleh pemerintah,” pungkasnya optimis.

Dengan fondasi kebijakan yang tepat, dukungan teknologi, dan semangat kolaborasi, langkah Indonesia menuju ketahanan pangan berdaulat dan kontribusi bagi dunia semakin tertata jelas.

Baca juga: BPS: Pertanian, Perdagangan, dan Industri Serap Tenaga Kerja Terbesar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

9  +  1  =