Nasional

Mundiharno: Budaya Inovasi Harus Melekat Pada Seluruh Komponen SDM BPJS Kesehatan

Channel9.id-Semarang. Tanpa ada inovasi untuk meningkatkan performa layanan, maka BPJS akan terjebak pada pengelolaan yang stagnan. Hal tersebut disampaikan oleh Mundiharno, Direktur Perencanaan, Pengembangan dan Manajemen Resiko BPJS Kesehatan, di Semarang, Kamis, (10/09).

Menurutnya, inovasi menjadi kunci untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Inovasi tidak harus langsung yang canggih-canggih. Inovasi dapat dilakukan dari hal-hal yang sederhana, “misalnya bagaimana membuat inovasi dalam mengefektifkan bisnis proses, kuncinya sederhana kita harus open mind, terbuka kepada hal-hal yang baru” jelasnya.

Karena itu BPJS Kesehatan merangsang seluruh pegawai untuk melakukan inovasi. Inovasi menjadi salah satu indikator kinerja (KPI) dalam menilai kinerja pegawai. “Kita ingin menumbuhkan budaya inovasi melahirkan para inovator-inovator untuk memperbaiki kualitas layanan,” jelasnya.

Budaya inovasi, lanjut Mundiharno, akan tumbuh kalau lingkungan mendukung, para pemimpin di unit kerja BPJS konsern terhadap inovasi. Menurutnya, strategi ke depan BPJS Kesehatan sudah berubah bukan lagi survival, namun growth. Dalam proses pertumbuhan BPJS Kesehatan sangat memerlukan adanya inovasi.

“Kalau dulu inovasi dilakukan untuk bisa bertahan, survival mengatasi defisit dengan melakukan berbagai cara pengendalian biaya dan menaikan kolektabilitas iuran,” jelasnya.

Sekarang situasinya sudah berubah, inovasi dilakukan untuk mengembangkan layanan, maka Inovasi yang dilakukan tidak hanya di kantor pusat, namun juga turun ke wilayah dan cabang.

“Sejak tahun 2018, kita memulai pengelolaan Inovasi dengan membentuk unit khusus yang mengelolanya. Alhamdulillah sejak itu ide-ide inovasi terus bermunculan. Jumlah ide inovasi dan inovasi yang diimplementasikan perkembangannya cukup menggemberikan. Namun itu belum cukup, kita ingin kedepan setiap pegawai melahirkan setidaknya satu inovasi terkait perbaikan proses kerjanya. Itulah mengapa inovasi menjadi salah satu KPI bukan hanya di tingkat unit tetapi juga di tingkat individu,” bebernya.

Mundiharno menuturkan, negara-negara seperti Jepang, Korea, China ketika mengembangkan produk-produk caranya sederhana, konsepnya sederhana amati, tiru dan modifikasi. Pada awalnya produk tersebut memang secara kualitas masih kalah dengan produk Amerika dan Eropa.

“Namun mereka terus melakukan inovasi dan memperbaiki kualitas, sekarang produk-produk dari Jepang dan Korea Selatan sudah tidak kalah dengan produk dari negara barat,” tuturnya.

Dalam konteks negara, lanjut Mundiharno, Indonesia juga menghadapi situasi yang mirip, kalau tidak melakukan inovasi dalam skala besar akan terjebak, pada jebakan negara kelas menengah.

“Seperti halnya BPJS Kesehatan, akan terjebak pada pengelolaan yang stagnan kalau tidak melakukan inovasi. Inovasi harus menjadi budaya, melekat pada seluruh komponen yang ada di BPJS Kesehatan,” tambahnya.

lebih lanjut Mundiharno mendorong, komite Inovasi BPJS Kesehatan untuk melihat kepada perusahaan-perusahaan besar yang sudah memiliki budaya inovasi yang kuat,

“Mereka sudah menghasilkan ribuan inovasi setiap tahunnya, inovasi individu,mereka sudah memiliki pola untuk mengembangkan inovasi,” jelas Mundiharno.

Ia berharap BPJS Kesehatan nantinya juga mengarah kepada tumbuhnya budaya inovasi yang akan memperbaiki efektifitas, kualitas dan performa layanan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  68  =  69