Nasional

Netizen Indonesia Perlu Paham Etika Bermedsos

Channel9.id – Jakarta. Perkembangan teknologi informasi mempengaruhi dan merubah cara masyarakat untuk berkomunikasi. Masyarakat yang sebelumnya melakukan komunikasi secara langsung kini bisa melakukan komunikasi secara daring dengan kehadiran media sosial (medsos).

Kehadiran medsos juga menjadi sarana netizen untuk bebas mengekpresikan pendapatnya. Sayangnya, netizen kerap kali mengeluarkan ujaran negatif saat memposting ataupun mengomentari sesuatu. Netizen seharusnya mengetahui etika digital supaya memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat memanfaatkan ruang digital itu.

Hal itu disampaikan Pemimpin Redaksi Channel9.id Mochamad Azis Nasution dalam Webinar ‘Mari Berbahasa yang Benar dan Beretika di Ruang Digital’ yang digelar Siberkreasi, Senin 18 Oktober 2021 pagi.

“Karena kita ketahui bahwa ruang digital ini tentu saja sama dengan ruang offline, seperti kita berinteraksi di keluarga dan di masyarakat. Karena itu, diperlukan sebuah etika yang melatarbelakangi kita menggunakan media sosial,” ucap Azis.

Baca juga: Masyarakat Perlu Miliki Kemampuan Bahasa yang Baik dan Benar di Ruang Digital

Azis menyampaikan, medsos sebetulnya banyak memberikan manfaat untuk mengembangkan kreatifitas dan memudahkan pekerjaan masyarakat. Tapi di sisi lain, medsos bisa menjadi suatu senjata, tergantung siapa yang kemudian menggunakannya.

Menurut Azis, salah satu hal berbahaya yang muncul di medsos adalah maraknya bahasa-bahasa sarkasme. Bahasa sarkasme berbahaya karena cenderung untuk mengejek, mencerca, dan bertujuan untuk menyakiti hati seseorang.

“Penggunaan-penggunaan bahasa itu tentu saja akan berakibat panjang. Kita ketahui media sosial ini adalah sarana untuk berkomunikasi dengan siapapun, akhirnya timbul sebuah kebiasaan untuk menggunakan kata-kata kasar. Kata-kata yang tidak pantas,” ucapnya.

Azis berpandangan penggunaan bahasa-bahasa kasar akan mendangkalkan pemahaman kita tentang bahasa. Oleh karena itu, diperlukan etika dalam menggunakkan ruang digital.

“Etika internet atau netiket akan mengatur bagaimana kita menggunakan kalimat yang baik, tata bahasa yang baik, yang boleh dan apa yang tidak boleh. Itu sama halnya berinteraksi di dunia nyata,” jelas Azis.

Azis menjelaskan, netiket adalah kemampuan individu untuk menyadari, untuk mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola digital. Dengan adanya Netiket, netizen tidak bisa lagi seenaknya menggunakan medsos.

“Jadi tidak bisa serta merta lagi menggunakan medsos, ada permasalahan atau pandangan kita terhadap sesuatu, tidak bisa kita langsung sampaikan. Harus ada filter. Bagaimana cara kita menyampaikan, bagaimana bahasa yang kita gunakan,” kata Azis.

Namun, kata Azis, sebelum memahami etika, kita perlu memiliki kemampuan bahasa yang baik dan benar. Kemampuan itu menjadi dasar yang harus dimiliki.

“Pertama, paling dasar, bagaimana kita menggunakan bahasa, kemudian baru kita bisa menghargai orang lain. Kita sendiri juga harus melakukan kontrol terhadap apa yang kita ingin tulis. Dan juga jangan sampai over posting ya, terlalu banyak memposting yang berlebihan apalagi berdampak negatif bisa berbahaya,” kata Azis.

Selain itu, di dalam etika itu diperlukan kompetensi dalam mengakses dan memilah informasi. Sebisa mungkin mencari dan menyerap informasi yang positif. Kemudian, dibutuhkan pula kemampuan menganalisis dan melakukan observasi. Tujuannya untuk membentengi diri untuk menyikapi informasi yang ada.

“Kemudian, kemampuan menproduksi dan mendistribuskan informasi. Kita semua itu di medsos menjadi netizen, menjadi pewarta, kita membuat informasi. Kalau enggak punya kontrol akan sangat berbahaya,” pungkasnya.

HY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

35  +    =  37