Nasional

P2M Pendidikan Sejarah UNJ Gelar Workshop, Bahas Kurikulum Merdeka di SMP Pattimura

Channel9.id – Jakarta. Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menggelar workshop bertajuk “Kurikulum Merdeka Belajar: Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru untuk Pembelajaran Inovatif.” Kegiatan ini berlangsung di SMP Pattimura Jagakarsa, Jakarta Selatan, selama dua hari pada Sabtu (5/8/2023) dan Minggu (6/8/2023).

Ketua Tim Pelaksana P2M Pendidikan Sejarah UNJ Nuraeni Marta menyampaikan, kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan bekal kepada guru-guru SMP Patimura Jagakarsa yang akan menerapkan Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran baru 2023/2024.

“Kita ingin agar guru-guru dapat memahami bagaimana mengimplementasikan kurikulum merdeka dalam kegiatan pembelajaran, sesuai dengan Surat Edaran No.0574/H.H3/SK.02.01/2023” ucap Nuraeni Marta dalam keterangan tertulis yang diterima Channel9, Selasa (8/8/2023).

Selain itu, kata Nuraeni, kegiatan ini sejalan dengan misi UNJ yaitu menyelenggarakan tridharma perguruan tinggi yang unggul dan berguna bagi kemaslahatan manusia.

Menurutnya, guru sebagai pendidik dan aktor pelaksana kurikulum merdeka, wajib memahami konsep dasar, hakekat paradigma, dan tujuan Kurikulum Merdeka.

Ia menilai, Kurikulum Merdeka berbeda dengan Kurikulum 2013 Revisi. Dalam Kurikulum Merdeka ini, siswa dituntut lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Karakteristik Kurikulum Merdeka juga menekankan pada pembelajaran berdiferensiasi, yaitu menekankan pada kebutuhan, bakat dan minat alami siswa.

“Ini diharapkan, Kurikulum Merdeka ini dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang aman, nyaman, bebas stress, menarik, dan bertumpu pada siswa (student oriented),” pungkas Nuraeni Marta.

Sementara itu, dosen Pendidikan Sejarah UNJ Djunaidi mengatakan Kurikulum Merdeka juga merubah teknis pembelajaran. Ia menuturkan, jika sebelumnya guru diharuskan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), maka dalam Kurikulum Merdeka diubah menjadi pembuatan Modul Ajar.

“Modul ajar ini merupakan pedoman bagi guru untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran,” kata Djunaidi.

Lebih lanjut, dosen Pendidikan Sejarah UNJ, Ratu Husmiati, menjelaskan terdapat empat rancangan model pembelajaran yang dipakai untuk mewujudkan Kurikulum Merdeka, di antaranya Project Based Learning (PJBL), Problem Based Learning (PBL), Discovery Learning (DL), dan Inquiry Learning (IL).

“Keempat model ini digunakan untuk merangsang keaktifan siswa,” ujar Ratu.

Ratu mengungkapkan, misalnya dalam PJBL, siswa dipantik dengan sebuah pertanyaan mendasar. Setelah itu dilanjutkan dengan desain produk, pengembangan proyek, dan diakhiri dengan evaluasi hasil. Menurut Ratu, peran guru di sini hanya sebagai fasilitator pembelajaran.

Menurut dosen Pendidikan Sejarah UNJ, Sri Martini, guru harus didorong untuk menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Sebab, Kurikulum Merdeka telah menjadi acuan bersama di tingkat nasional.

“Penting untuk guru dapat adaptif dalam Kurikulum Merdeka,” tutupnya.

Di sisi lain, mahasiswa Pendidikan Sejarah UNJ Fani mengatakan peran guru juga bisa menjadi pemantik keaktifan siswa.

“Dalam Kurikulum Merdeka, siswa yang lebih dituntut untuk kreatif dan aktif, sementara guru hanya menjadi fasilitator, bukan zaman guru ceramah melulu,” ungkap Fani.

Guru Sejarah di SMA 2 Perguruan Cikini, Ramli, menyampaikan adanya program baru dalam Kurikulum Merdeka, yakni Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P4). Menurutnya, P4 ini digunakan untuk meningkatkan kompetensi dan karakter lulusan agar sesuai profil pelajar Pancasila.

“Pengerjaan projek P4 pun bersifat fleksibel, menyesuaikan situasi dan kondisi peserta didik, sebab kita ingin peserta didik itu yang lebih aktif,” ungkap Ramli yang juga merupakan lulusan Pendidikan Sejarah UNJ.

Mengakhiri workshop, Kepala Sekolah SMP Pattimura, Saniah berharap Kurikulum Merdeka ini dapat mengentaskan masalah-masalah yang terjadi di sekolah. Tak lupa, ia juga berterimakasih kepada pihak UNJ karena telah melaksanakan lokakarya ini.

“Semoga akan lebih banyak acara seperti ini, agar penerapan Kurikulum Merdeka menjadi lebih baik,” pungkas Saniah.

Baca juga: Rektor UNJ: Home Learning Menguatkan Guru Sebagai Pendidik Profesional

HT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  40  =  45