Ekbis

Pandemi Melanda, Industri Periklanan Potong Gaji Hingga Beralih ke Digital

Channel9.id-Jakarta. Sama halnya dengan sektor-sektor lain, industri periklanan juga terkena dampak pandemi COVID-19. Beragam cara pun dilakukan untuk beradaptasi, salah satunya dengan memangkas pengeluaran. Beriringan dengan ini, terjadilah sejumlah perubahan di industri.

Adapun salah satu parameter perubahan di industri periklanan ialah perihal pemotongan gaji pekerja, demikian ungkap Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) DKI Jaya Elwin Mok.

“Dari situ bisa dilihat bahwa industri ini terdampak,” tutur Elwin,saat di diskusi daring bertajuk “Beriklan di Era Digital Plus Pandemi” yang digelar oleh FEMSTATION, belum lama ini.

Baca juga: Iklan Pariwisata Paling Terdampak Wabah Corona 

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 130 agensi yang tergabung dengan asosiasi, didapati bahwa di 2020 ada 49% agensi yang tidak memotong gaji pekerja, sementara sisanya memotong. Kemudian di awal 2021 ini, ada 67,4% yang tidak potong gaji.

Perubahan lain yang dialami industri periklanan ialah peralihan ke media iklan ke digital. “Kita sekarang ini mau tak mau beralih ke digital,” kaya Elwin.

Di kesempatan yang sama, Dosen Departemen Ilmu Ekonomi di Institute Pertanian Bogor Iman Sugema mengatakan bahwa perubahan yang dialami industri periklanan tadi tak terlepas dari kerugian yang dialami perusahaan pengiklan. Pasalnya, perusahaan saat ini pada umumnya memangkas pengeluaran untuk hal yang bisa ditunda, seperti iklan.

Sejalan dengan itu, agensi periklanan juga ikut memangkas pengeluaran, seperti pemotongan gaji pekerja. “Artinya dunia iklan itu menerima second round effect, dia tidak terkena langsung dampaknya karena perusahaan pengiklan yang mengurangi anggaran iklan,” sambung Iman.

Dari pemangkasan anggaran itu, lanjut Iman, industri periklanan terkena efek subtitusi sehingga beralih ke digital. “Pastinya konsultan periklanan menyarankan untuk switching. Misalnya yang tadinya beriklan di billboard, kini ke platfrom digital seperti media sosial,” sambung dia.

(LH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

85  +    =  89