Channel9.id – Jakarta. Memutuskan menjadi petani mengolah lahan sendiri, meninggalkan pekerjaan yang sudah mapan bukanlah suatu hal yang mudah. Ada pergulatan yang cukup panjang, sebelum akhirnya memutuskan menjadi petani. Menggarap sawah menjadi petani memerlukan modal dan tekad yang kuat, tak hanya semangat namun juga finansial. sekaligus juga dorongan ingin merasakan kehidupan yang lebih tenang. Ketimbang bekerja dengan penghasilan relatif pasti namun sulit untuk berkembang.
Hal inilah yang tercermin dari petani yang juga tergabung UMKM Alumni, anggota Koperasi Alumni Indonesia. Mereka adalah Asrori, yang juga alumni Universitas Padjadjaran yang banting stir mengembangkan agribisnis. Asrori bertemu dengan penggiat UMKM/Pengamat Koperasi Dr Dewi Tenty Septi Artiany SH, MH, Mkn dan menceritakan pengalamannya ketika mengawali kegiatannya alih profesi menjadi petani.
Ia bercerita dulunya selepas kuliah, menekuni bisnis, namun setelah ia kembali ke kampungnya, ia melihat potensi lain yang bisa ia kembangkan. Lahan orang tuanya yang cukup luas, kenapa ngga digarap sendiri. “Daripada lahannya digarap oleh orang lain, lebih baik saya garap sendiri,” ujarnya. Bidang pertanian bukan sesuatu yang asing bagi dirinya, karena sejak kecil memang sudah akrab dengan sawah. “ Jiwa saya dari dulu petani, jadi buat saya mudah saja ketika terjun menekuni dunia pertanian,” jelasnya.
Kendala yang dihadapi justru adalah masalah hama, hama wereng, hama burung pada saat padi mulai berbuah. Untuk bibit, pupuk, tenaga kerja dan pemasaran hasil panen tidak ada hambatan yang berarti.”Untuk penjualan relatif mudah, karena biasanya kalau panen pembeli datang sendiri,” jelasnya.
Hal inilah yang membuat ia mantap untuk menekuni profesi barunya menjadi petani, menggarap lahan persawahan. Hasil yang ia perolah dari menjual hasil pertanian tidak jauh berbeda ketika ia masih menekuni pekerjaan lamanya. Namun bedanya kini ia menjadi lebih tenang. “Harapanya adalah agar harga pupuk dan obat-obatan lebih stabil, supaya bisa meminimalisir kerugian akibat adanya hama,” jelasnya.
Menurut Dr Dewi Tenty Septi Artiany SH,MH, MKn, para petani seperti Asrori harus diperhatikan oleh pemerintah. Mereka harus mendapatkan dukungan untuk mendapatkan harga pupuk, obat-obatan dengan harga yang terjangkau. Sehingga bisa mendapatkan hasil pertanian yang lebih baik. Selain itu harga hasil pembelian gabah juga bisa memberikan keuntungan bagi para petani. “Jadi tidak ada istilah nanem rugi, karena hasil panen melimpah, namun harganya jatuh,” jelasnya.