Nasional

Pantai Tempat Melasti Alami Abrasi, Diduga Akibat Tanggul Yang Dibangun BTID

Channel9.id – Denpasar. Kondisi alam Pantai Melasti di pesisir Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan, Bali, kian mengkhawatirkan karena diterjang abrasi dari waktu ke waktu. Masyarakat Kelurahan Serangan menilai abrasi tersebut karena adanya pembangunan tanggul oleh PT Bali Turtle Island Development (BTID).

Diketahui, pihak PT BTID mulai melakukan penataan dengan pemasangan tanggul dan batu sejak 2016 silam. Pembangunan tanggul ini bertujuan untuk mengurangi abrasi pada pantai kawasan pulau buatan milik BTID di Pulau Serangan.

Namun, menurut Bendesa Kelurahan Serangan I Made Sedana, tanggul yang disusun menjulang ke arah laut itu justru membuat arus laut berputar. Akibatnya, air laut itu malah mengikis Pantai Melasti.

“Dia membuat tanggul dari batu hitam itu lebih menjorok ke laut, lebih maju ke laut. Jadi airnya kan memutar. Jadi desanya dipakan oleh arus airnya. Dikikis kita, abrasi,” ujar Sedana saat ditemui Channel9 di Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan, Bali.

Sedana menilai, tak seharusnya tanggul tersebut dibangun menjulang ke arah utara laut sehingga membuat air laut itu mengikis Pantai Melasti. Sebagai alternatif untuk menjaga pasir tetap di tempatnya, ia mengatakan tanggul sebaiknya ditempatkan di sebelah timur ke arah Melasti.

“Semestinya tidak diberikan tanggul di sana. Kalau dia ingin mengisi daripada pasirnya dia biar tidak hilang, semestinya dipakaikan tanggul di pantainya dia, jangan ke dalam ke utara, semestinya dia ke timur, jangan dilempar ke Melasti,” tuturnya.

Semestinya, kata Sedana, pihak BTID mempertimbangkan arus laut dan potensi abrasi jika tanggul itu dibangun ke arah utara. Sebab, lanjutnya, pasang surutnya air mengarah ke timur dan barat.

“Karena pasang surutnya kan timur sama barat, tidak ada selatan-utara. Sehingga ketika ini pasang, kan airnya datang dari timur ke barat. Tempat Melasti kita kan di baratnya tanggul BTID. Otomatis kan berbelok, airnya memutar dan memakan pantai Melasti kita,” jelas Sedana.

Sebagai informasi, masyarakat Kelurahan Serangan saat ini hanya menempati 101 hektar dari seluruh luas Pulau Serangan setelah direklamasi dan dikuasai PT BTID, yakni seluas 491 hektar.

Tak hanya itu, akses masyarakat Kelurahan Serangan bahkan juga semakin sulit setelah adanya kehadiran PT BTID. Salah satunya terkait lokasi upacara adat  Melasti yang kini terdampak abrasi.

Sedana mengungkapkan Pantai Melasti itu merupakan tempat masyarakat Kelurahan Serangan untuk melangsungkan upacara adat. Namun, lanjutnya, akses masyarakat untuk melaksanakan berbagai upaca adat tersebut sudah digerus air laut hingga mengalami abrasi.

“Jadi seperti wilayah khusus utaranya Serangan, di mana wilayah pantai itu kami pergunakan untuk upacara adat, itu adalah pemelastian. Dan setahun sekalipun kami pergunakan dari Desa Adat itu untuk upacara, di mana pantai itu ada bantuan jalan setapak dari pemerintah kota, dan sekarang ini sudah hancur lebur, bahkan pantai kami abrasi, hilang, gara-gara BTID membuat tanggul panjang sekali dari kita. Tanggul dia itu tinggi, bagus, sedangkan kita hanya dikasih batu berserakan begitu saja,” pungkasnya.

Baca Juga : Masyarakat Adat Serangan Kecam Rencana Pembangunan Pelabuhan Marina oleh PT BTID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2  +  8  =