Para Ahli Kesulitan Memantau Gunung Tonga dari Satelit
Internasional

Para Ahli Kesulitan Memantau Gunung Tonga dari Satelit

Channel9.id-Tonga. Para ahli kesulitan untuk memonitor gunung vulkano aktif yang meletus di pulau Tonga pada pekan akhir pekan lalu setelah letusan itu menghancurkan kawah di atas permukaan lautnya dan menenggelamkan pulau-pulau kecil disekitarnya, Senin (17/1/2022). Hasil letusan itu membuatnya tertutup dan mengaburkannya dari satelit.

Letusan gunung Hunga-Tonga-Hunga-Ha’apai menyebabkan gelombang tsunami di sepanjang Lautan Pasifik dan dapat terdengar sampai sejauh 2,300 km.

“Kekhawatiran saat ini adalah sedikitnya informasi yang kita punya dan itu sangatlah menakutkan,” ujar Jaine Krippner, volkanolog dari Smithsonian Global Volcanism Program di Selandia Baru.

“Ketika ventilasinya berada di bawah laut, tak ada yang dapat memberi tahu kita apa yang akan terjadi selanjutnya,” lanjutnya.

Krippner menyebutkan alat mereka di gunung tersebut nampaknya telah hancur dan komunitas vulaknolog bersama-sama mengumpulkan data dan para ahli yang ada untuk meninjau letusan dan memprediksi apa yang bisa terjadi kedepannya.

Hal ini juga diperparah dengan gangguan komunikasi di Tonga yang membuat informasi soal gunung tersebut semakin sulit didapat.

Ledakan hari Sabtu lalu itu sungguh kuat sampai satelit luar angkasa tak hanya dapat melihat awan debu yang sangat besar, namun juga gelombang kejut dari letusan tersebut yang kecepatannya mendekati kecepatan suara.

Foto dan video menunjukkan awan debu yang mengepul di Pasifik Selatan dan gelombang air setinggi satu meter di pantai Tonga.

Masih belum ada laporan resmi mengenai korban luka dan meninggal di Tonga, namun internet dan sinyal telepon mengalami gangguan.

Para ahli menyebutkan kalau gunung vulkano yang terakhir meletus tahun 2014 lalu itu nampak mengerucut selama sebulan, sebelum magma sepanas sekitar 1,000 derajat Celcius bertemu dengan air laut dengan suhu 20 derajat Celcius pada hari Sabtu lalu. Hal ini menyebabkan ledakan yang tiba-tiba dan besar.

Kecepatan dan kekuatan yang tak biasa dari ledakan tersebut mengindikasikan ada suatu hal yang lebih kompleks lagi daripada magma bertemu air, ujar para peneliti.

“Disaat magma superpanas itu bertemu dengan air laut yang dingin, begitupun juga dengan gas vulkanik dalam volume besar, membuat ledakan tersebut menjadi semakin dahsyat,” jelas Raymond Cas, profesor vulkanologi dari Universitas Monash di Australia.

(RAG)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

16  +    =  20