Channel9.id-Skotlandia. Konferensi COP26 menyerukan untuk negara-negara kaya untuk menepati janjinya dalam membantu pendanaan dalam krisis iklim saat ini, sedangkan negara-negara yang penuh polusi seperti India dan Brasil menuturkan janji barunya untuk mengurangi gas emisinya, Selasa (2/11/2021).
Pada hari pertama KTT COP26 di Glasgow, Skotlandia, para pemimpin dunia, ahli lingkungan dan para aktivis, seluruhnya mendesak adanya aksi nyata untuk menahan pemanasan global yang mengancam masa depan Bumi.
Tugas yang harus dihadapi mereka jauh lebih besar lagi setelah gagalnya G20 untuk menyepakati komitmen baru yang lebih ambisius lagi dalam menangani krisis iklim. G20 bertanggung jawab atas sekitar 80% emisi gas rumah kaca dan juga karbondioksida.
“Hewan-hewan sudah pergi menghilang, sungai-sungai mulai kering dan tumbuhan kita sudah tidak mekar lagi seperti sedia dulu kala. Bumi sudah berbicara. Ia berucap kalau kita sudah tidak punya banyak waktu lagi,” ujar Txai Surui, pemimpin para pemuda dari hutan hujan Amazon dalam pidato pembuka KTT COP26.
Ditunda selama setahun karena pandemi Covid-19, COP26 bertujuan untuk terus meneruskan target batas pemanasan global sampai hanya 1.5 derajat Celcius saja.
Untuk dapat mencapai target tersebut, harus adanya janji dan target yang lebih ambisius lagi untuk mengurangi gas emisi, mengumpulkan dana miliaran dolar untuk negara miskin dalam melawan krisis iklim, dan menyelesaikan aturan untuk menerapkan Perjanjian Paris 2015 yang sudah ditandatangani oleh 200 negara.
Lebih dari 100 pemimpin dunia pada Senin malam sepakat untuk menahan dan menyelesaikan reboisasi pada akhir dekade ini, mengutip ada dana sebesar 19 miliar dolar dari dana publik maupun swasta untuk melindungi dan menghidupkan kembali hutan-hutan.
Sekretaris-Jenderal PBB Antonio Guterres mengingatkan kembali para delegasi kalau kita sudah mengalami enam tahun terpanas sejak 2015.
Para pembicara lainnya, termasuk para aktivis dari negara-negara miskin yang merasakan dampak buruk perubahan iklim, menyuarakan suara yang nyata.
“Kami para pemuda pasifik terus melantangkan suara kami ‘Kami tidak tenggelam, kami terus melawan’,” ujar Brianna Fruean dari Samoa di gugus kepulauan Polinesia, yang terancam tenggelam karena naiknya ketinggian laut. “Ini adalah seruan perjuangan kami kepada dunia,” tambahnya.
Pada tahun 2009, negara-negara kaya yang merupakan kontributor terbesar terhadap terjadinya pemanasan global sepakat untuk memberikan 100 miliar dolar pada tahun 2020 kepada negara-negara miskin yang terdampak pemanasan global.
Komitmen tersebut masih belum tercapai dan menciptakan adanya rasa tidak percaya dan ragu-ragu dari negara-negara berkembang untuk meningkatkan pengurangan gas emisinya.
Para pemimpin dari negara Kenya, Bangladesh, Barbados dan Malawi mendesak negara-negara kaya untuk menepati janjinya.
“Uang untuk negara-negara kurang beruntung kepada negara-negara kaya bukanlah dana donasi, tapi dana bersih-bersih,” sindir Presiden Malawi Lazarus McCarthy Chakwera.
(RAG)