Channel9.id – Jakarta. Ketua Bidang Kelautan, Perikanan dan Nelayan DPP PDI Perjuangan Rokhmin Dahuri menyatakan, partainya menjadikan Bulan Bung Karno sebagai momentum membenah kembali kedaulatan pangan di tengah pandemi Covid-19.
PDI Perjuangan menilai kedaulatan pangan merupakan aspek mendasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat supaya terciptanya kehidupan sosial yang maju.
Demikian disampaikan Rokhmin saat membuka webinar dengan tema ‘Kedaulatan Pangan dalam rangka peringatan Bulan Bung Karno’, Selasa (23/6).
PDI Perjuangan sejak dulu selalu mengutamakan kemandirian bangsa melalui kedaulatan pangan. Bahkan, hal itu selalu disuarakan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam berbagai acara internal maupun eksternal partai.
Ia pun mengutip pernyataan WHO, yang merumuskan hasil penelitian bahwa suatu negara dengan penduduk dari 100 juta itu akan sukar menjadi maju sejahtera dan berdaulat kalau kebutuhan pangannya bergantung pada impor.
“Karena itu, kalau saudara mengikuti Rakornas, atau rapat-rapat nasional partai yang lainnya, selalu ibu Ketua Umum menekankan betapa seluruh pilar partai baik di eksekutif, legislatif dan struktur partai di seluruh tanah air harus benar-benar memperkuat dan mengembangkan kedaulatan pangan kita,” kata Rokhmin, Selasa (23/6).
Rokhmin melanjutkan, WHO juga menyatakan masa pandemi ini membuat negara-negara dunia rentan krisis pangan. Karena itu, PDIP mendorong kedaulatan pangan terjadi di Tanah Air, bukan hanya mandiri secara terpusat, tetapi hingga desa per desa di Indonesia.
“Baik untuk masa pandemi ataupun pasca,” kata Rokhmin.
Ia menambahkan, ada beberapa hal yang membuat kedaulatan pangan sangat strategis bagi Indonesia. Pertama, kedaulatan pangan menentukan kesehatan, kecerdasan, individu maupun kualitas SDM yang ujungnya adalah kemajuan dari bangsa.
“Kemudian alasan kedua bahwa supply pangan global cenderung menurun akibat pertambahan jumlah penduduk, kerusakan lingkungan, dan terakhir mafia pangan,” kata dia.
Di samping itu, pertambahan penduduk juga harus disertai dengan peningkatan produktivitas pangan. Jika terjadi kekurangan pangan, maka akan memicu gejolak sosial dan politik.
“Ini contohnya bagaimana korelasi antara konsumsi protein komponen penting dari pangan. Kalau semakin tinggi konsumsi proteinnya, semakin maju bangsa tersebut. Kemudian, bahwa menurut penelitian bahwa andaikan bumi ini suhunya meningkat 1 derajat celcius, maka produksi pangan dunia itu akan berkurang 10 persen,” katanya.
Rokhmin juga mengingatkan pidato Proklamator RI Bung Karno pada 1952 yang menyebut pangan adalah hidup mati sebuah bangsa. Hal itu pun diamini oleh WHO. Beruntung, Indonesia memiliki potensi itu karena sebagai negara agraris dan maritim terbesar di dunia.
“Dengan lahan dan laut yang subur harusnya tidak hanya berdaulat pangan, tetapi seharusnya pengekspor bahan pangan dunia atau feeding the world. Harusnya bisa memberi makan masyarakat dunia. Ini pidatonya Bung Karno yang sangat heroik dan futuristik pada 1952 di Kampus ITB, Baranangsiang,” katanya.
(HY)