Pementasan Teater ‘Di Balik Langit Gaza’ tentang Keteguhan Masyarakat Gaza
Lifestyle & Sport

Pementasan Teater ‘Di Balik Langit Gaza’ tentang Keteguhan Masyarakat Gaza

Channel9.id-Jakarta. Adara Relief International menggelar pementasan teater berjudul ‘Di Balik Langit Gaza’. Sebuah pementasan yang disutradarai Adipatilawe ini berkisah tentang keteguhan masyarakat Gaza yang terus berdiri meski berada di bawah gempuran genosida yang tak henti. .

Deretan artis ternama seperti David Chalik, Bella Fawzi, Robert Chaniago, Cholidi Asadil Alam, Nadya Angelina, Dzaky Ahmad, Kayla Syaufani, dan Aulia Wini turut main dalam pementasan teater tersebut.

“Kalau kita ingin melihat sebaiknya kualitas manusia, lihatlah ketahanan rakyat Gaza. Apa yang kita tampilkan saat ini belum ada apa-apanya dengan yang mereka alami yang jauh lebih parah. Lewat teater ini, aku ingin mewakili suara mereka yang dibungkam,” kata Bella Fawzi kepada wartawan, beberapa waktu yang lalu.

Teater ‘Di Balik Langit Gaza’ berkisah tentang keluarga kecil di Gaza yang tetap bertahan dengan harapan yang tak padam. Faris, pemuda yang bermimpi menjadi pelukis, menangkap realita lewat sketsa dan warna.

Farah, adiknya yang tunawicara, melawan sunyi dengan keteguhan hati. Ibunya, Yumna, seorang dokter yang menyembunyikan luka batin demi menyembuhkan sesama.

Sementara itu, sang ayah, Hasan, menanamkan semangat panjang melalui ilmu di tengah reruntuhan. Kehadiran Joseph, seorang jurnalis, memberi warna pada kisah perjuangan yang selama ini tersembunyi. Di balik langit yang terbakar, mereka memilih untuk tetap hidup, mencinta, dan bermimpi.

Pementasan semakin terasa dengan kehadiran Bondan Prakoso sebagai bintang tamu yang menyuguhkan sentuhan musikal penuh emosi dan pesan kemanusiaan yang menyentuh bagi seluruh penonton.

Pementasan teater ‘Di Balik Langit Gaza’ merupakan salah satu rangkaian acara utama Palestine Festival 2025 yang diadakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Para pengunjung dapat mengeksplorasi beragam galeri seni yang menyuguhkan nuansa Palestina secara mendalam. Di area ini, ditampilkan pula pakaian tradisional dan elemen seni lainnya yang mencerminkan identitas kuat dari budaya Palestina.

“Sudah lebih dari dua tahun genosida melanda Gaza. Namun, di tengah krisis kemanusiaan yang begitu berat, penjajahan dan upaya penghapusan identitas yang terus berlangsung, kita melihat sebuah keajaiban moral: bangsa Palestina tetap teguh, tetap bertahan, dan tetap mencintai tanah airnya,” kata Maryam Rachmayani, Direktur Utama Adara Relief International, sekaligus penanggung jawab pelaksanaan Palestine Festival.

Selain itu, pengunjung dapat menelusuri perjalanan panjang sejarah Palestina yang disajikan dalam bentuk dokumentasi foto, dan narasi kronologi peristiwa yang terjadi di Palestina. Linimasa ini membantu pengunjung memahami konteks sejarah yang membentuk realitas Palestina hari ini.

Terdapat juga area yang menjadi salah satu ruang paling hangat bagi para pengunjung. Mereka dipersilakan menuliskan pesan, harapan, atau doa bagi rakyat Palestina di secarik kertas Post-it untuk kemudian ditempelkan di dinding khusus yang disediakan. Setiap pesannya menjadi simbol kepedulian masyarakat Indonesia terhadap perjuangan warga Palestina.

“Kami ingin membawa semangat tersebut ke panggung seni hari ini, karena kami percaya bahwa Palestina bukan hanya tentang perang, kesedihan, ataupun tragedi semata; namun tentang kekuatan moral dan ketangguhan yang luar biasa, selain juga tentang peradaban yang berakar kuat selama ribuan tahun di atas tanah yang diberkahi,” jelasnya.

Palestine Festival 2025 juga diramaikan oleh kehadiran UMKM dan Tenant Bazaar yang menyediakan berbagai produk makanan, merchandise dan multi produk. Area ini tidak hanya menyajikan beragam kuliner, tetapi juga menjadi bentuk dukungan ekonomi bagi para pelaku UMKM yang turut berkontribusi dalam kegiatan dukungan kemanusiaan Palestina.

“Semangat ‘Never-Ending Resilience’ yang kita pelajari dari rakyat Palestina hari ini, sejatinya adalah kekuatan yang sama yang ingin kita kirimkan untuk saudara-saudara kita di Sumatera,” pungkas Maryam Rachmayani.

Kontributor: Akhmad Sekhu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

66  +    =  70