Channel9.id-Canberra. Pemerintah RI berharap Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement/IA-CEPA) dapat meningkatkan investasi perusahaan-perusahaan Australia di Indonesia. “Selama ini investasi dari Australia jumlahnya tidak masuk ke dalam 5 besar sekitar US$ 400-700 juta, dengan IA-CEPA diharapkan dapat membangkitkan minat Australia,” kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Canberra, Australia, Sabtu, 8 Februari 2020.
Presiden Joko Widodo dalam kunjungan dua hari, 9-10 Februari 2020, di Australia, salah satu agenda yang dibahas adalah rencana aksi dari IA-CEPA yang baru diratifikasi DPR RI pada 6 Februari 2020.
Investasi Australia di Indonesia pada 2018 mencapai US$ 597,4 juta dengan 635 proyek terdiri lebih dari 400 perusahaan Australia yang beroperasi di berbagai sektor seperti pertambangan, pertanian, infrastruktur, keuangan, kesehatan, makanan, minuman dan transportasi. “Sedangkan trade balance Indonesia-Australia, sebenarnya yang diuntungkan pihak Australia,” kata Airlangga. “IA-CEPA walau biaya masuknya diturunkan rata-rata dari 5 persen menjadi 0 persen diharapkan akan bisa didorong tekstil dan otomotif.”
Perdagangan Indonesia-Australia pada 2018, menurut data Kementerian Perdagangan, mencapai US$ 8,62 miliar.Nilai ekspor Indonesia ke Australia mencapai US$ 2,8 miliar dan impor US$ 5,82 miliar atau defisit US$ 3,02 miliar.
Airlangga merngatakan Australia memiliki pasar otomotif dengan demand 1,1 juta. Produk-produk seperti kendaraan komersial, seperti truk dan SUV sangat diminati masyarakat Australia. “Indonesia punya kapasitas dan tinggal bicara produsen-produsen di Indonesia bisa mempercepat baik hybrid dan elektronik seperti yang tercantum di IA-CEPA namun juga combination engine karena hybrid dan elektrik baru berproduksi pada 2021,” ujarnya.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan ada dua hal pokok yang akan dibahas. Pertama soal konektivitas udara di mana penerbangan Australia ke Indonesia masih lebih banyak yaitu 115 penerbangan dibanding dari Indonesia ke Australia yang hanya 82 penerbangan.
“Batasan-batasan yang selama ini ada kami minta dikurangi apalagi kami tahu bahwa sekarang ini status Indonesia masih yellow, artinya kami dibedakan dengan negara-negara lain seperti Vietnam,” kata Budi Karya. “Kami minta disamakan menjadi green sehingga memudahkan pergerakan orang dari sini ke sana dan dari sana dan ke sini.”
Sebelumnya, DPR RI telah resmi mengesahkan Undang-undang persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) pada 6 Februari 2020. Ratifikasi itu menyusul penandatanganan kesepakatan IA-CEPA kedua negara yang dilakukan pada 4 Februari 2019 yang sudah dibicarakan selama 9 tahun.
Dalam perjanjian yang telah ditandatangani tersebut, Indonesia akan memangkas bea impor sebesar 94 persen untuk produk asal Negeri Kanguru secara bertahap. Sebagai gantinya 100 persen bea impor produk asal Indonesia yang masuk ke Australia akan dihapus.
Salah satu keuntungan Indonesia, antara lain dihapuskannya bea masuk impor seluruh pos tarif Australia sebanyak 6.474 pos menjadi nol persen.
Produk-produk Indonesia yang ekspornya berpotensi meningkat adalah produk otomotif, khususnya mobil listrik dan hybrid sebab IA-CEPA memberikan persyaratan kualifikasi konten lokal yang lebih mudah untuk kendaraan listrik dan hybrid asal Indonesia dibandingkan negara lainnya. Produk-produk Indonesia lain yang berpotensi meningkat ekspornya yaitu kayu dan turunannya termasuk furnitur, tekstil dan produk tekstil, ban, alat komunikasi, obat-obatan, permesinan, dan peralatan elektronik.
Selain itu, di sektor perdagangan jasa, Indonesia akan mendapatkan akses pasar di Australia seperti kenaikan kuota visa kerja dan liburan yaitu dari 1.000 visa menjadi 4.100 visa di tahun pertama implementasi IA-CEPA dan akan meningkat sebesar 5 persen di tahun-tahun berikutnya.
Selain itu, Indonesia juga akan mendapatkan berbagai program peningkatan kualitas sumber daya manusia, seperti program magang yang dibuat berdasarkan kebutuhan sektor industri dan ekonomi Indonesia, namun berkaitan langsung dengan investasi Australia di sektor pendidikan kejuruan.