Channel9.id-Jakarta. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai dampak dari virus corona 2019-nCoV yang mewabah di beberapa negara kepada perekonomian Indonesia. Pemerintah berkaca pada kasus wabah virus SARS pada 2003 yang mempengaruhi perekonomian Cina sepanjang kuartal I dan II dan menjalar ke India.
“Ini menggambarkan bahwa risiko itu bisa unpredictable dan very volatile jadi semua negara wajib selalu mewaspadai,” kata Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 28 Januari 2020.
Sri Mulyani menuturkan saat ini ketidakpastian dan risiko di global terjadi sangat cepat dan tidak dapat diprediksikan waktunya sehingga semua negara harus terus waspada. Tak hanya itu, dia juga menekankan perlunya menyiapkan kebijakan instrumen yang baik untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah terjadinya berbagai risiko yang datang tiba-tiba.
“Siapkan instrumen kebijakan tapi enggak bisa buta terhadap environment karena sekarang unpredictable dan volatile-nya sangat tinggi dan enggak terbaca,” ujarnya.
Sri Mulyani menyatakan seharusnya 2020 berpotensi menjadi tahun pemulihan setelah pada 2019 terdapat banyak momentum yang memberatkan seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina serta Brexit. “Semua outlook menggambarkan dunia mengalami recovery pada 2020 dari sisi pertumbuhan maupun dari trade nya karena pada Desember 2019 terjadi pengumuman Cina dan AS masuk agreement termin pertama itu menimbulkan positif,” ujarnya.
Menurut Sri Mulyani, pada Januari 2020 berbagai momentum penghambat ekonomi global datang lagi seperti hubungan antara Amerika dan Iran yang memanas, kondisi politik di Amerika meningkat, termasuk virus corona. “Terutama dengan virus corona dan kondisi geopolitik di AS. Ini harus kami antisipasi terhadap spill over-nya untuk berbagai ekonomi global.”
Sri Mulyani mengatakan kini virus corona tersebut telah menimbulkan pesimisme terhadap perekonomian Cina yang salah satunya melalui hilangnya momentum pertumbuhan pada Imlek.
“Adanya virus corona terjadi policy lock down sehingga potensi perekonomian Cina dari faktor domestik tidak terealisasi. Kehilangan momentum,” katanya.
Di sisi lain, Sri Mulyani tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus membaik dan berada di atas 5 persen sepanjang 2020 ini yang salah satunya ditunjang dari konsumsi domestik. Dia menyatakan Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan yang cukup tinggi dibandingkan negara G20 lainnya sehingga Indonesia memiliki ketahanan yang baik dan harus tetap dijaga di tengah kondisi global seperti sekarang.
“Indonesia termasuk negara yang cukup punya relatif sangat tinggi dibanding negara lain seperti Turki dari 5 persen jadi 0, India dari 7 persen jadi 4,5 persen, Meksiko dari 2 persen jadi 0, apalagi Argentina krisis,” kata Sri Mulyani.