Politik

Pemilu Sebagai Ajang Integrasi Bangsa, KIPP: Kompetisi Harus Damai Tanpa Kekerasan

Channel9.id – Jakarta. Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Periode 2022-2027 ingin Pemilihan Umum (pemilu) 2024 menjadi ajang integrasi bangsa.

Keinginan itu tidak terlepas dari efek pemilu 2019 yang menyebabkan polarisasi atau pembelahan di tengah masyarakat hingga sekarang.

Menanggapi hal itu, Ketua Presidium Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jojo Rohi mengatakan, secara teori politik dan teori pemilu, tidak ada istilah pemilu sebagai integrasi bangsa.

Baca juga: Strategi Whatsapp Hadapi Pemilu 2024 di Indonesia

Namun, menurutnya, integrasi bangsa dapat dimaknai sebagai upaya untuk berdamai dengan konflik atau kompetisi. Sebab, tidak bisa dipungkiri pemilu adalah ajang melakukan kompetisi untuk merebut kekuasaan. Tetapi, kompetisi yang dilakukan harus beradab dan damai. Tidak boleh ada kekerasan.

“Oleh karena itu, saya melihat bahwa penjelasan pemilu sebagai sarana integrasi bangsa artinya kita bisa berdamai dengan konflik. Karena jika disandingkan dengan teori politik dan pemilu tidak ada yang cocok. Tapi bahwa kita punya nilai lain bahwa pemilu juga bisa jadi integrasi bangsa itu bisa ditekankan,” kata Jojo saat FGD dengan KPU, Jakarta, Jumat 11 November 2022.

Jojo mengatakan, efek pemilu 2019 masih dirasakan hingga saat ini. Polarisasi dan pembelahan masyarakat masih ada meskipun para elite sudah tidak lagi berkompetisi.

Untuk meredam hal itu, KPU ingin mewujudkan pemilu sebagai sarana integrasi bangsa. Dia menjelaskan, pemilu sebagai sarana integrasi bangsa adalah sebuah kesimpulan yang ditarik dari berbagai pertimbangan oleh para anggota KPU.

Namun, perlu ada diskusi lagi soal apa yang dimaksud dengan pemilu sebagai integrasi bangsa.

Kendati demikian, Jojo pribadi menilai, integrasi bangsa bisa dimaknai menerima bahwa pemilu adalah sebuah kompetisi gagasan, bukan kompetisi kekerasan.

Pemilu adalah cara yang paling beradab dan paling damai supaya setiap orang atau kelompok masyarakat mendapatkan akses terhadap kekuasaan.

“Jadi setiap orang punya akses untuk memilih sekaligus dipilih dengan cara yang damai. Integrasinya di situ. Karena pemilu ini suatu mekanisme yang lebih beradab dan damai. Maka, center of gravity nya pemilu integrasinya itu di situ,” kata Jojo.

Jojo menambahkan, pemilu bahkan bisa menyerap konflik. Pemilu juga bisa memberikan ruang bagi keberagaman Indonesia.

“Jadi kita tidak perlu menyalahkan bahwa pemilu ada kompetisi. Tapi kompetisi memiliki cara yang lebih damai melalui surat suara. Justru pemilu itu bisa menyerap konflik. Karena kita kan beragam dan dari berbagai kepentingan kita bisa menyalurkan kepentingan majemuk itu ke perwakilan kita,” pungkasnya.

HY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7  +  3  =