Tim dosen UNJ
Nasional

Pencegahan Kekerasan Sejak Dini, Dosen UNJ Dorong Pelatihan Komunikasi Asertif di Sekolah Dasar

Channel9.id, Jakarta. Tim dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ) melaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di SDN Medalsari III, Desa Medalsari, Kecamatan Pangkalan, Karawang, Jawa Barat. Kegiatan ini bertujuan memberikan edukasi pencegahan kekerasan melalui pelatihan komunikasi asertif kepada siswa-siswi kelas VI yang terlaksana pada 28 Juli 2025.

Pengabdian ini dipimpin oleh tiga dosen UNJ, yakni Dr. Ikhlasiah Dalimoenthe, M.Si., Dr. Rusfadia Sakyanti Jahja, M.Si., dan Dr. Ahmad Rifqy Ash-Shiddiqy, M.Pd. Mereka juga didampingi oleh Harits Ikbar, S.Bns serta empat mahasiswa UNJ: Rehzy Rahmawati, Fathimah Uswatun Nisa, Natanya Cristanti Kaira Abigail, dan Marwah Zulfa Aminati.

Kepala sekolah, Ahmad Subhi menyambut positif pelaksanaan kegiatan ini. Menurutnya, edukasi mengenai pencegahan kekerasan sangat penting diberikan kepada anak usia sekolah dasar.

Menurut Rusfadia Saktiyanti Jahja mengatakan bahwa pelatihan meliputi tiga materi utama, yaitu komunikasi asertif pencegahan kekerasan, bentuk-bentuk kekerasan, dan edukasi tentang consent batas tubuh dalam sebuah konsep komunikasi asertif.

“Hal ini dilakukan karena mengingat berdasarkan maraknya kekerasan fisik yang terjadi di rentang usia mereka. Tentu karena disampaikan di sekolah SD maka muatan materi dibuat agar tidak terlalu menegangkan dan tetap menyenangkan, terutama melalui media permainan tentang pertanyaan mengenai bentuk-bentuk kekerasan serta materi terakhir berupa edukasi tentang consent batas tubuh yang disampaikan secara interaktif dan menghibur,” ungkapnya.

Selanjutnya Ikhlasiah Dalimoenthe pada saat itu juga menyampaikan bahwa materi komunikasi asertif menekankan pentingnya keberanian siswa untuk mengatakan “tidak” ketika menghadapi atau diajak melakukan tindakan bullying.

“Para peserta dibekali infografis, diberikan contoh situasi nyata melalui permainan peran, serta diajak memahami cara bersikap tegas tanpa menyakiti orang lain,” katanya.
Pada sesi mengenai bentuk-bentuk kekerasan, siswa difokuskan untuk memahami dan mengidentifikasi kekerasan fisik yang kerap terjadi di usia mereka.

Materi terakhir tentang consent batas tubuh menjadi salah satu sesi paling menarik. Penyampaian dilakukan dengan metode kreatif berupa nyanyian tentang bagian tubuh yang membutuhkan persetujuan sebelum disentuh, sehingga siswa lebih mudah memahami dan mengingat konsep persetujuan serta batas pribadi.

Kegiatan juga diselingi ice breaking dan permainan untuk mengukur pemahaman siswa sekaligus melatih kepercayaan diri mereka tampil di depan kelas.

Selama kegiatan berlangsung, siswa-siswi terlihat antusias dan aktif mengikuti seluruh rangkaian pelatihan. Berdasarkan respons dan jawaban mereka, para peserta dinilai telah memahami dasar-dasar pencegahan kekerasan.

Melalui kegiatan ini, tim UNJ berharap pengetahuan yang diberikan dapat diterapkan para siswa dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga menekankan pentingnya edukasi preventif seperti ini untuk terus dilakukan secara berkelanjutan sebagai upaya menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan bebas kekerasan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

9  +  1  =