Oleh: Prof. Hermanto Siregar*
Channel9.id-Jakarta. Sekitar 7-9 hari pertama, yaitu sejak isoman -3 (mulai ada gejala, sebelum tahu hasil swab PCR) adalah fase kritis, khususnya yang punya penyakit penyerta seperti saya. Saya ceritakan kronologis pengalaman. Semoga sharing ini bermanfaat.
Kamis, 24 Juni 2021 sore, kami ada rapat offline di rektorat IPB. Rabu malamnya, saya ditest antigen, negatif (syarat ikut rapat). Saat rapat saya ikuti prokes (tapi tidak pakai double masker, cuma satu lapis saja) dan tidak pernah buka masker walau sedang foto. Namun sempat di dalam ruangan tertutup dengan beberapa orang sekitar 15 menit.
Jumat, 25 Juni 2021, ada peserta rapat yang WA, bilang Swab PCRnya positif. Saya belum merasa ada gejala, namun agak was-was sehingga memutuskan untuk tidak ikut Jumatan. Takutnya sudah positif dan bisa nularin ke jamaah lainnya. Namun malamnya tenggorokan kurang nyaman dan mulai batuk dikit-dikit.
Sabtu, 26 Juni 2021, batuknya terus, plus agak meriang. Saya mulai minum paracetamol hijau, madu asli, habatussauda, tablet imboost, dan vitamin D3. Periksa saturasi O2 dan suhu tubuh, normal. Malamnya hidung mulai agak tersumbat, dan tidur tidak nyenyak.
Minggu, 27 Juni 2021, batuk makin sering plus agak meriang, namun badan tidak panas dan nafas tidak sesak. Tapi saya sudah minta semua yang di rumah pakai masker dan jaga jarak. Parasetamol, vitamin dan suplemen tersebut saya teruskan. Malamnya tidur lebih nyenyak dariapada malam sebelumnya.
Senin, 28 Juni 2021, dinihari waktu bangun mau sholat tahajud, ketika mau balurin badan dengan minyak kayu putih, saya tidak bisa mencium aroma kayu putih. Saya bilang sama isteri, harus pisah kamar karena takut sudah positif dan menulari isteri. Menjelang tengah hari swab PCR bertiga dengan isteri dan anak bungsu, yang memang di rumah. Malam hasilnya keluar, saya positif, isteri inkonklusi, anak negatif. Kakaknya yang nomer 3 (dokter di Jakarta) dan yang nomer 2 (Drg yang sedang ambil spesialis) langsung beli obat-obatan esensial untuk atasi Covid-19 dan multivitamin. Dan saya langsung isoman ketat di dalam kamar saja).
Obat yang saya minum sejak Senin malam itu hingga akhir tidak banyak, yaitu avigan (antiviral), acetyl cystein (obat batuk), multivitamin (lengkap dengan zinc), paracetamol hijau, plus madu, habatussauda, qustulhindi, dan propolis. Anak saya bilang tenang saja sebab ayah dan mama sudah vaksin 2 kali, sehingga mudah-mudahan cuma gejala ringan.
Saya minta beberapa jenis obat yang sering disebut-sebut di medsos, tapi tidak dipenuhi oleh anak. Obat yang rutin saya minum untuk penyakit penyerta, saya teruskan, setelah konsultasi dengan dokter spesialis yang biasa merawat, dan beliau juga mengijinkan saya untuk isoman (beliau tahu ada anak saya dokter yang akan merawat).
Senin malam itu sulit tidur dan sangat khawatir. Saya pasrah dan berserah kepada Allah. Lalu memperbanyak istighfar, zikir, dan diakhiri doa (sambil pegang tenggorokan dan dada): “Bismillah 3x, A’uudzubillahi wa qudrotihi, minsyarri maa ajidu wa uhaadziru” (HR Muslim).
Selasa, 29 Juni 2021 pagi, sekitar jam 10 berjemur sekitar 20 menit. 15 menit pertama punggung ke arah matahari, 5 menit berikutnya dada/perut ke arah matahari. Makan tidak enak, tapi saya paksa saja walau agak lama baru habis. Pernah sulit memaksa untuk makan, saya makan kurma jumlah ganjil 5 atau 7 butir plus madu 2 sendok makan. Juga paksa diri untuk tidur, tidak menonton TV, medsos minimal saja terutama untuk dengar kajian-kajian agama yang meningkatkan keimanan dan membesarkan hati. Dorongan untuk nonton piala Eropa dan Copa terpaksa dibuang jauh-jauh agar bisa tidur cukup lama. Olah nafas saya kerjakan sesering mungkin, yaitu tarik nafas melalui hidung sampai mentok yang kita kuat, tahan sekitar 30 detik atau sekuatnya, lepas nafas perlahan lewat mulut. Demikian diulang-ulang.
Rabu, 30 Juni 2021, ada rasa mual membikin semakin sulit makan. Kata anak, itu dampak obat antiviral. Lalu dia kasih obat maag/anti mual yang diminum beberapa saat sebelum makan. Saya minum juga temulawak agar perut/pencernaan jadi lebih baik. Minyak kayu putih rutin dibaluri di dada, perut, leher, dan hidung. Sekitar 3 hari saya teteskan minyak kayu putih di jari dan letakkan di tengah-tengah lidah. Malam makin susah tidur dan bolak-balik ke toilet/BAK. Namun rasa khawatir dapat diatasi dengan pasrah sambil baca “lahawla walaa quwwata illa billaahi aliyyil adzhim” lalu “hasbunallah wa ni’mal waqil, ni’mal maulaa wa ni’man natsir”. Berulang-ulang dikombinasi dengan doa sesuai hadits di atas. Pasang murottal Quran dengan volume pelan di dekat telinga. Sangat membantu untuk akhirnya bisa tertidur.
Kamis, 1 Juli 2021, kondisi belum banyak berubah. Oh ya, sejak isoman rutin ukur dan lapor kepada anak: saturasi O2, tensi dan denyut jantung, serta suhu tubuh. Diukur pagi sekitar pukul 6, setelah berjemur dan olga/senam ringan dan mandi air hangat pukul 11, sore pukul 16, dan malam pukul 21 sebelum tidur. Saturasi O2 alhamdulillah normal (terendah 95), suhu tubuh tertinggi pernah 38,5 C namun berangsur turun setelah minum panadol hijau. Tensi normal di kisaran 110-130 / 70-80 dan denyut jantung di kisaran 60-90 (pernah naik hingga sekitar 100 sepertinya karena rasa khawatir. Tapi alhamdulillah, turun lagi dengan perbanyak zikir dan baca Quran, selain tetap minum obat rutin dari dokter spesialis).
Jumat, 2 Juli 2021, muncul ruam-ruam seperti alergi di tangan, kaki, dan perut. Mungkin sebelumnya sudah mulai timbul tapi baru terlihat pas berjemur hari Jumat. Saya minta obat anti alergi, tapi tidak dipenuhi oleh anak-anak, mereka bilang itu reaksi tubuh karena ada virus Covid-19 dan tubuh sudah menunjukkan perlawanan. Alhamdulillah saya tidak sampai sesak nafas. Olah nafas diteruskan. Namun sempat baru tarik nafas sekitar 10 detik sudah batuk, sehingga tidak bisa olah nafas. Saya minum air kelapa hijau dicampur madu dan seujung sendok makan garam setiap 2 hari. Di hari yang saya tidak minum air kelapa hijau, saya minum rebusan daun sungkai dicampur perasan 1/2 buah lemon dan madu. Sangat membantu menghilangkan meriang dan menjaga suhu tubuh. Selain itu, pakai Nasalin (yaitu cairan disemprotkan ke kedua lobang hidung secara bergantian hingga mencapai tenggorokan, lalu dibuang seperti mengeluarkan ingus hingga seluruh cairan tsb keluar) 1-2 kali sehari. Sumbatan hidung jauh berkurang, dan membantu pemulihan indra penciuman.
Sabtu, 3 Juli 2021, (isoman hari ke-5) sudah mulai bisa tidur agak nyenyak. Penciuman sudah mulai pulih sekitar 50-60%. Hal ini mendorong semangat untuk sembuh. Makan masih sulit, tapi paksakan saja meski sedikit demi sedikit.
Minggu, 4 Juli 2021, gejala meriang dan batuk sudah mulai berkurang. Namun badan masih lemas. Untuk menjaga pikiran agar tidak khawatir, masih tetap tidak menonton TV dan baca medsos diminimalkan. Obat-obatan, vitamin dan suplemen tetap rutin diminum. Berjemur dan olga ringan tetap dilaksanakan.
Senin, 5 Juli 2021, (isoman hari ke-7), kondisi sudah mulai membaik, batuk sudah jauh berkurang. Ruam-ruam juga mulai berkurang menuju hilang.
Selasa hingga Kamis berikutnya, (isoman hari ke-10) obat-obatan dari dokter terus diminum beseta multivitamin dan suplemen.
Jumat, 9 Juli 2021, (isoman hari ke-11), cukup minum multivitamin dan suplemen, obat-obat dari dokter selesai. Berjemur dan olga ringan serta olah nafas dan zikir/baca Quran diteruskan. Kondisi makin baik, batuk sudah jarang, indra penciuman sudah pulih sehingga selera makan sudah mulai tumbuh.
Isoman diakhiri di hari ke-14, dan kami melakukan swab PCR. Hasilnya alhamdulillah negatif. Multivitamin dan suplemen khususnya madu dan habatussauda terus dilanjutkan. Jam tidur tetap dijaga kecukupannya.
Esensi dari sharing ini: jangan panik dan berserah dirilah sepenuhnya kepada Allah. Obat sesuai anjuran dokter dan yang esensial saja, jangan berlebihan. Obat-obat untuk penyakit penyerta terus diminum. Multivitamin dan suplemen sangat membantu, namun jangan berlebihan juga. Tidur harus cukup. Semoga bermanfaat, dan jadi penyemangat bagi yang sedang isoman untuk segera sehat kembali. Dan bagi yang sehat sebagai informasi/bahan antisipasi.
(Bagi yg non-muslim, doa-doa dan rujukan agar menyesuaikan).
*Rektor Perbanas Institute/Guru Besar IPB