Nasional

Pendiri NII Crisis Center: Milenial Dihasut Kelompok Radikalisme Untuk Mendirikan Negara Islam

Channel9.id – Jakarta. Pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan menegaskan, milenial menjadi incaran kelompok radikalisme. Milenial direkrut menggunakan pendekatan organisasi.

Tujuan perekrutan itu untuk merubah pemikiran milenial supaya berpikir berjuang mendirikan negara Islam.

“Mereka juga memasuki kaum milenial. Mereka mengemas dengan cara-cara yang bagus. Mereka menggunakan pola organisasi. Organisasi kaum milenial,” kata Ken dalam Webinar ‘Ancaman Radikalisme di Tengah Pandemi’, Jumat (26/6) malam.

Ken menjelaskan, dalam proses perekrutan menjadi anggota organisasi, kelompok radikalisme akan menerapkan pola pengkondisian. Pola tersebut bertujuan melihat kelemahan korban sehingga mudah dihasut.

“Misalnya, korbannya laki-laki, yang deketin perempuan. Jadi mereka menerapkan pengkodisian, supaya korban terjebak,” ujarnya.

Kemudian, korban incaran akan terus menerus dihasut sehingga pandangannya berubah.

“Saya selalu mengumpamakan begini. Misalnya ada korban laki-laki bawa kucing anggota. Kemudian, lima perempuan datang kepadanya. Perempuan pertama bilang itu adalah anjing. Lalu korban bilang bukan. Hingga perempuan terakhir bilang itu anjing. Nah, karena kalah dari pendapat mayoritas, korban pun berpikir kembali,” katanya.

Ken menambahkan, saat korban sudah masuk menjadi anggota, korban akan dibaiat. Kemudian, komunikasi korban dengan dunia luar diputus. Korban hanya boleh membicarakan perjuangan mendirikan negara Islam di dalam organisasi.

“Diputus komunikasi. Mereka melakukan doktrin, dalam perang kita harus sembunyi-sembunyi. Bahaya kalau dingkapkan nanti dianggap teroris. Termasuk membicarakan itu dengan keluarga dan teman dekatnya,” katanya.

Dalam memperjuangkan tujuan organisasi, korban diminta untuk mencari dana untuk keperluan mendirikan negara Islam.

“Makanya banyak teman-teman yang kehilangan barangnya. Karena menurut mereka perampokan harta orang kafir itu tak masalah. Boleh diambil, itu dianggap harta rampasan perang,” katanya.

Ken pun menjelaskan ciri-ciri orang yang sudah terpapar radikalisme. Di antaranya, adanya perubahan signifikan pada sikap mental yang mendua lantaran hidup dalam dua dunia yang berbeda.

“Lalu, meninggalkan keluarga, sekolah kuliah atau pekerjaan karena kegiatan yang intens,” ujar Ken.

(HY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  14  =  24