Channel9.id-Jakarta. Penjajahan Jepang di perang dunia dua lekat dengan kejahatan militer dan kemanusiaan di berbagai wilayah jajahan. Cina disebut sebagai salah satu tempat kejahatan kemanusiaan dilakukan secara masif dan terstruktur oleh Unit 731, bagian dari tentara kekaisaran Jepang.
Unit 731 merupakan fasilitas militer yang eksis pada tahun 1941 sampai penyerahan tanpa syarat Jepang pada sekutu. Namun banyak dari bukti keberadaannya hilang Bersama dengan upaya menutupi kejahatan perang setelah kekalahan perang. Keadaan serupa dapat ditemukan pada berbagai fasilitas serupa yang dibangun oleh Nazi di Eropa, banyak dari dokumen operasionalnya “dibersihkan”.
Tidak berhenti disitu, pihak Amerika Serikat disebutkan turut terlibat dalam upaya penutupan tersebut. Jendral Douglas MacArthur memberikan perlindungan hukum terhadap beberapa tokoh fasilitas ini dengan syarat menyerahkan data hasil percobaan manusia ke tangan Amerika. Pada perkembangannya, data-data yang dikumpulkan dari fasilitas Unit 731 berada di Fort Detrick untuk pengembangan senjata biologis selama perang dingin.
Unit 731 mendapatkan data tersebut dengan berbagai percobaan manusia selama Perang dari berbagai tahanan perang. Dibawah komando Jendral Shiro Ishii, tahanan perang tersebut menjadi uji coba untuk melihat dampak senjata api dan berbagai pathogen virus berbahaya terhadap tubuh manusia. Selain itu juga, dikabarkan subjek percobaan dikondisikan di keadaan tertentu untuk menguji batas tubuh manusia.
Penemuan fasilitas satuan ini dianggap sebagai pengingat mengenai bahaya dan harga yang harus dibayar untuk penggunaan senjata biologis. Dilansir dari South China Morning Post, Peneliti dari Hoilongjiang Institute of Cultural Relics and Archeologu menemukan fasilitas ini di kota Anda, provinsi Hoilongjiang yang berposisi di timur laut Cina.
Fasilitas ini merupakan bangunan bawah tanah berbentuk huruf U dengan Panjang 33 meter dan lebar 20.5 meter. Ditemukan juga rangkaian terowongan dan kamar yang saling terhubung. Peneliti menyebutkan bahwa bangunan yang berusia 78 tahun ini merupakan sel tahanan sekaligus laboratorium. Penelitian lanjutan dibutuhkan untuk memetakan lebih akurat bangunan bekas kekejaman kemanusiaan ini.
(FB)