Channel9.id-Jakarta. Sekelompok akademisi mengirim surat terbuka kepada Mark Zuckerberg, yang isinya meminta Meta untuk lebih transparan terkait penelitian bagaimana Facebook, Instagram, dan WhatsApp memengaruhi kesehatan mental anak-anak dan remaja. Surat ini meminta perusahaan untuk mengizinkan tinjauan independen atas pekerjaan internalnya, membuka akses data untuk penelitian eksternal, hingga membentuk kelompok pengawas ilmiah independen.
“Anda dan organisasi Anda punya kewajiban etis dan moral untuk menyelaraskan penelitian internal Anda pada anak-anak dan remaja, sebagai bukti untuk ilmu kesehatan mental,” bunyi surat yang ditandatangani oleh para peneliti dari universitas di seluruh dunia.
Baca juga: Dengan ‘Mode Profesional’ Facebook, Pengguna Bisa Monetisasi di Halaman Profil
Surat terbuka itu muncul setelah bocoran dari Facebook menunjukkan bahwa sejumlah data dari penelitian internal menemukan bahwa Instagram dikaitkan dengan kecemasan bagi gadis remaja. Namun, hasil penelitian ini dirilis terbatas. Selama ini, yang diandalkan adalah informasi subjektif yang dikumpulkan melalui wawancara.
Informasi yang tersedia sejauh ini tampaknya menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti Facebook tak memenuhi standar yang digunakan peneliti akademis, menurut surat terbuka itu. Informasi yang tersedia juga tak lengkap, apalagi Meta belum mempublikasikan metode penelitian atau datanya. Bahkan, ini tak bisa dipastikan dan tak bisa diteliti oleh para ahli independen.
Surat terbuka itu juga meminta Meta untuk mengizinkan tinjauan independen terhadap penelitian masa lalu dan masa depan, yang termasuk yang sedang berlangsung tentang kesehatan mental remaja. Sementara itu, perusahaan ini tak bersedia merilis data, sehingga menyulitkan peneliti eksternal untuk meneliti dan memahami produk mereka.
“Tidak mungkin untuk mengidentifikasi dan mempromosikan kesehatan mental di abad ke-21 jika kita tak bisa mempelajari bagaimana anak muda berinteraksi secara online,” ujar para penulis surat.
Menurut psikolog di California State University, Los Angeles, Kaveri Subrahmanyam, Meta kemungkinan besar punya data tentang penggunaan platform dan perilaku pengguna lainnya untuk menunjukkan bagaimana platformnya bisa memengaruhi atau tak memengaruhi kesehatan mental anak-anak dan remaja.
“Mengapa mereka tak merilis data yang mereka miliki yang menunjukkan perilaku lainnya? Saya pikir mereka harus mengundang peneliti yang memiliki keahlian itu, dan memberi mereka data itu dan membiarkan mereka melakukan analisis, ” kata Subrahmanyam, dikutip dari The Verge.
Selain itu, surat terbuka itu juga meminta Meta untuk mengizinkan kelompok independen untuk mengevaluasi risiko apa pun terhadap kesehatan mental dari penggunaan platform, seperti Facebook dan Instagram. Dengan begitu, mereka bisa memberi solusi yang berbasis bukti untuk risiko online dalam skala dunia. Ini mirip dengan Dewan Pengawas Facebook, yang membantu perusahaan melalui keputusan moderasi konten.
Penelitian internal dari Meta saat ini tak bisa memastikan apakah atau bagaimana platformnya memengaruhi kesehatan mental. Namun, dokumen yang bocor—dan penelitian lain di media sosial—menunjukkan bahwa penyelidikan lebih lanjut dan hasilnya bisa saling melengkapi. Menurut surat terbuka, memahami bagaimana kehidupan online mempengaruhi anak-anak dan remaja adalah hal yang penting. Sayangnya, sikap Meta yang sembunyi-sembunyi ini jadi menimbulkan skeptisisme dari komunitas peneliti—yang memprioritaskan transparansi dan meninggalkan pemangku kepentingan seperti politisi.
Disebutkan bahwa, mengambil langkah-langkah yang disarankan di surat terbuka bisa membantu menjernihkan masalah tersebut, dan berkontribusi pada penelitian tentang kesehatan mental di ranah online.
“Jika alat ilmiah dan etika yang tepat ada, data yang dikumpulkan oleh Meta bisa menginformasikan bagaimana kita memahami penggunaan teknologi digital dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental,” bunyi surat itu.
(LH)