Channel9.id-Jakarta. Dulu pada tahun 2019, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan ke media The Economist kalau Eropa bisa saja tak bergantung lagi ke NATO perihal soal keamanan tapi harus kekuatan geostrategis dalam dirinya sendiri, Kamis (24/2).
“Apa yang kita alami sekarang ini adalah matinya otak dari NATO,” ujarnya yang kini ucapan tersebut menjadi viral.
Sejak terjadinya beragam masalah di Eropa pada akhir-akhir ini, seperti Covid-19 Pandemi, konflik Ukraina, yang berujung timbulnya krisis energi, telah membuat otonomi energi Eropa menjadi semakin kuat.
Baca juga: Setahun Diinvasi Rusia, Zelenskyy Akui Ingin Bertemu Dengan Tiongkok
Karena konflik Ukraina, Uni Eropa telah melarang adanya impor batu bara dan minyak dari Rusia dan saat ini mereka sedang transisi ke sumber energi terbarukan dengan progress yang sangat cepat.
Walaupun begitu, adanya perbedaan yang mendasar antar negara Eropa soal keamanan masih membuat mereka belum dapat bersatu, dan dengan adanya konflik Ukraina ini membuat banyak orang bertanya-tanya apakah hal ini akan membuat Eropa semakin kuat untuk berdiri sendiri.
“Apa yang saya sebut inti kekuatan Eropa saat ini sedang melemah. Kekuatan itu dipilari oleh Prancis di bawah Macron, Jerman di bawah Olaf dan Italia di bawah kepemimpinan Draghi. Trio itu punya visi yang sama soal kebijakan luar negeri dan punya kekhawatiran yang sama, dan selalu menjadi pendorong integritas utama Eropa,” ujar George Pagoulatos, direktur Yayasan Hellenic untuk Kebijakan Luar Negeri Eropa.
“Pandangan moral kini sudah beralih dari inti Eropa ke Eropa bagian timur laut. Mereka telah memenangkan narasi publik di Eropa dan negara-negara di Barat, yang mana mereka menyuarakan kalau Ukraina harus menang dan Rusia harus kalah, bagaimanapun caranya itu. Mereka secara terang-terangan menyuarakan suaranya daripada yang lain,” ujar Pagoulatos.
Sebaliknya, Macron dan mitranya dari Jerman, Olaf Scholz, pada saat perang Ukraina awal meletus, secara jor-joran terus berkomunikasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, NATO telah meningkatkan pengerahan pasukannya sebesar 4 kali lipat dan kemungkinan besar masih akan terus meningkat yang dari 40,000 menjadi 300,000 pasukan. Dilain sisi, Eropa, hanya akan mengirim 5,000 pasukannya dan itupun hanya sampai 2027.
Kalau dilihat, bahkan sebelum meletusnya perang Ukraina, Eropa tak menunjukkan adanya tanda-tanda hubungan yang erat dan kuat.
Presiden Finlandia, Sanna Marin, secara gamblang mengakui kalau Eropa masih belum kuat sepenuhnya.
“Saya harus jujur kepada kalian, Eropa saat ini masih belum kuat. Kita pasti akan kelimpungan kalau tidak ada Amerika Serikat. Amerika Serikat sudah menggelontorkan banyak senjata, dana, dan bantuan kemanusiaan ke Ukraina dan Eropa masih belum bisa seperti itu,” ujarnya saat seminar di Sydney.
(RAG)