Pengusaha Kecewa, Investasi Tinggi Tak Menyerap Banyak Pekerja
Ekbis Hot Topic

Pengusaha Kecewa, Investasi Tinggi Tak Menyerap Banyak Pekerja

Channel9.id-Jakarta. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menyayangkan tingginya capaian investasi tidak sejalan dengan penyerapan tenaga kerja yang ada. “Saya selalu bilang bolak-balik, apakah pertumbuhan ekonomi berkualitas? Menurut saya nggak. Mengapa? Pertumbuhan ekonominya tinggi, investasinya tinggi tetapi tidak bisa memberikan lapangan kerja yang besar untuk rakyatnya,” kata dia, Senin, 13 Februari 2023.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi 2022 mencapai 5,31 persen. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari capaian pra pandemi yang rata-rata sebesar 5 persen dan merupakan capaian tertinggi sejak 2014 silam.

Baca juga: Pemkot Jakbar Ingatkan Pengusaha Gaji Karyawan Sesuai UMP Terbaru

Dari sisi investasi, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sepanjang 2022 mencapai Rp1.207,2 triliun. Angka ini tumbuh 34 persen dibandingkan capaian pada 2021 sebesar Rp901,02 triliun.

Meski tumbuh gemilang, penyerapan tenaga kerja dari realisasi investasi 2022 tercatat hanya 1,3 juta orang. “Investasi 2022 Rp1.207 triliun. Itu naiknya luar biasa tetapi yang kami prihatin, penyerapannya cuma 1,3 juta orang,” kata Hariyadi.

Dia menambahkan, dengan realiasi tersebut artinya Rp1 triliun menghasilkan (lapangan pekerjaan bagi) 1.081 orang. “Dibandingkan 9 tahun yang lalu, pada 2013 pada waktu investasi hanya Rp398 triliun, menciptakan 1,8 juta lapangan kerja atau Rp1 triliun rasionya hampir 4.600 orang,” ucapnya.

Hariyadi menilai kondisi tersebut mencerminkan terjadinya pola industri yang padat modal atau capital intensive industry. Menurut dia, arah kebijakan sektor industri ke depan harus diubah agar bonus demografi yang selama ini diagung-agungkan tidak sia-sia.

Di sisi lain, pekerjaan rumah (PR) lain yang harus dihadapi adalah masih tingginya pekerja dengan pendidikan rendah. “Angkatan kerja 58 persen hanya tamatan SMP ke bawah. Ini PR kita bersama,” kata Hariyadi.

Staf Ahli Menteri Bidang Transformasi Digital, Kreativitas dan Sumber Daya Manusia Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Edwin, mengakui pekerja di Indonesia masih didominasi low skill workers. Kondisi ini menjadi tantangan dalam peningkatan kualitas SDM di Indonesia.

Padahal, peningkatan kualitas dan daya saing SDM menjadi salah satu faktor krusial dalam mendorong transformasi ekonomi. Bahkan RPJMN 2020-2024 menempatkan SDM sebagai modal utama untuk menuju pembangunan yang inklusif dan merata di seluruh wilayah Indonesia.

“Upaya peningkatan kualitas SDM bukanlah hal yang mudah. Masih terdapat sejumlah tantangan, seperti misalnya tadi sudah sampaikan yaitu dominasi low skill workers dengan latar belakang pendidikan SMP ke bawah pada angkatan kerja nasional kita,” kata Edwin.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

55  +    =  61