Channel9.id, Jakarta – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam mencatat volume penjualan emas tertinggi sepanjang sejarah, yakni mencapai 43,78 ton sepanjang 2024. Angka ini naik 68% dibanding tahun sebelumnya sebesar 26,13 ton.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam Arianto S Rudjito mengungkapkan, optimalisasi kinerja produksi dan penjualan juga dialami di komoditas feronikel, bijih nikel, dan bauksit.
Dia menilai capaian operasional 2024 mencerminkan ketahanan dan efektivitas strategi diversifikasi perusahaan dalam merespons dinamika pasar.
“Ini adalah wujud dari komitmen kami untuk terus menciptakan nilai tambah secara berkelanjutan, memperkuat daya saing di pasar global maupun dalam negeri, dan memberikan kontribusi terbaik bagi pemangku kepentingan,” ujar Arianto melalui keterangan resmi dikutip Selasa (15/4/2025).
Sepanjang 2024, volume produksi bijih nikel mencapai 9,94 juta wet metric ton (wmt) dan penjualan 8,34 juta wmt. Sementara untuk produksi feronikel tercatat mencapai 20.100 ton nikel dalam feronikel (TNi), dengan volume penjualan sebesar 19.450 tNi. Penjualan feronikel ini diperuntukan untuk memenuhi demand yang masih tinggi pada pasar di China, India, dan Korea Selatan.
Sementara itu, penjualan bauksit pada 2024 tercatat sebesar 736.000 wmt, yang diperuntukan untuk pasokan bahan baku smelter dalam negeri.
Selain itu, Arianto mengatakan, perusahaan juga mempercepat realisasi proyek strategis nasional di sektor hilirisasi mineral. Salah satu fokus utama adalah pengembangan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, melalui kolaborasi dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).
Menurutnya, proyek ini ditargetkan beroperasi penuh pada tahun ini, dengan kapasitas produksi alumina sebesar 1 juta ton per tahun. Di satu sisi, Antam juga aktif dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik nasional, melalui penyediaan bahan baku baterai seperti nikel dan bauksit.
Arianto menyebut, strategi ini sejalan dengan inisiatif pemerintah dalam mendorong transisi energi dan pembangunan industri bernilai tambah di dalam negeri.
“Selain menjaga operasional yang solid dan berkelanjutan. Di saat yang sama, Antam juga agresif merealisasikan proyek-proyek strategis nasional yang mendukung hilirisasi dan transisi energi,” kata Arianto.
Antam juga memperkuat lini bisnis pengolahan dan pemurnian logam mulia melalui proyek Precious Metal Manufacturing Plant di Gresik, Jawa Timur. Nantinya, kata Arianto, pabrik ini akan meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi peningkatan permintaan, serta menjangkau pasar yang lebih luas khususnya di Indonesia Timur. “Pengembangan proyek ini juga menjadi bagian dari kontribusi Antam terhadap kebijakan nilai tambah nasional [domestic added value], serta mendukung peningkatan devisa melalui hilirisasi produk logam mulia,” ucap Arianto.
Untuk komoditas nikel, Antam sedang mengembangkan proyek untuk mendukung amanat dari pemerintah dalam rangka mengembangkan ekosistem kendaraan baterai listrik di Indonesia. Menurutnya, proyek ini menjadi bagian penting dari roadmap penting komitmen perusahaan dalam transisi energi.
“Kami tidak hanya berorientasi pada volume produksi, tetapi juga pada penciptaan nilai tambah dari mineral yang kami kelola. Hilirisasi adalah kunci menuju masa depan industri tambang Indonesia yang lebih berkelanjutan dan berdaya saing,” ujar Arianto.