Nasional

Penyelesaian Konflik Aceh adalah Role Model Bagi Negara Lain

Channel9.id-Jakarta. Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Komarudin Sahid mengatakan, perjalanan bangsa Indonesia selama 75 tahun ini tidak mudah. Menurutnya, dalam 20 tahun terakhir saja, banyak hal yang terjadi dan mengancam integrasi negara .

“Seperti Maluku, Aceh yang semuanya dapat diselesaikan dengan baik oleh Pemerintah. Upaya melepaskan diri sudah selesai dan kita mendapat pelajaran dari peristiwa tersebut,” tuturnya saat memberikan sambutan dalam acara Webinar Nasional Menyambut HUT RI ke-75: Belajar dari Penyelesaian Konflik Secara Damai di Aceh dan Maluku pada Jumat (14/08).

Sementara itu, mediator Perjanjian Damai Aceh di Helsinki, Finlandia Juha Christensen mengatakan, proses perdamaian Aceh adalah contoh baik bagi konflik lain di dunia. Padahal, menurutnya, Indonesia pada waktu itu sedang dalam keadaan paranoid karena persoalan Timur Leste.

“Hal yang harus diperhatikan adalah analisa yang baik dalam persiapan penyelesaian konflik. Tanpa itu, tidak akan terjadi dialog atau penyelesaian yang sukses,” katanya.

Selain itu, pria yang pernah menjadi Dosen Universitas Hasanudin itu juga mengatakan harus ada  pihak ketiga dalam penyelesaian konflik.  Tanpa itu, Aceh tidak akan selesai.

“Indonesia luar biasa, tidak hanya mengundang melainkan juga percaya kepada pihak ketiga, yakni Finlandia,” tuturnya.

Meski begitu, sambung Christensen, mempercayakan pihak ketiga dalam penyelesaian konflik tidak mudah. Sebab, harus ada pihak ketiga yang jujur dan ikhlas mengenai permasalahan yang dihadapi oleh salah suatu negara.

“Hal ini seperti di Provinsi Pattani Thailand Selatan yang tidak kunjung selesai karena tidak ada kepercayaan kepada pihak ketiga. Baik dari pihak Thailand maupun dari pihak Pattani,” kata warganegara Finlandia yang mahir berbahasa Indonesia itu.

Christensen lantas menyebut kasus yang sama terjadi di Hong Kong. Menurutnya, konflik Hongkong-China mungkin bisa selesai andai 2 tahun lalu mereka melibatkan pihak ketiga dalam konflik.

“Supaya generasi muda tidak menggunakan cara anarkistis yang tidak mungkin bisa diterima oleh Beijing,” pungkasnya.

IG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3  +  5  =