Opini

Perginya si Kucing Tampan dari Medan

Oleh: Hardy Hermawan*

Channel9.id-Jakarta. Saya bersorak kencang ketika bola hasil sepak pojok Iwan Sunarya disundul kencang oleh Ajat Sudrajat, dari jarak sekitar 15 meter, dan menghujam pojok kiri atas gawang Ponirin Meka, di menit ke-75, di final divisi utama perserikatan tahun 1985 antara PSMS Medan vs Persib Bandung. Skor jadi 2-2. Persib ada harapan jadi juara.

Tapi Ponirin lagi-lagi menggagalkan mimpi itu. Dia kembali bermain gemilang dan sukses menahan tendangan Iwan Sunarya dan Robby Darwis dalam adu penalti yang digelar usai 120 menit skor masih tetap imbang. Kiper satu itu memang keren.

Padahal posturnya biasa aja. Tingginya pun tak seberapa. Cuma agak ganteng dengan kumis yang dipotong tipis. Selebihnya dia punya insting setajam kucing. Sergapannya selalu tepat waktu dan lengket. Loncatannya tinggi dan terbangnya jauh. Ia juga punya nyali besar ala anak Medan. Para pemain belakang tampak tenang kalau Ponirin sudah berdiri di bawah mistar.

Tak heran jika setelah itu Ponirin Meka terpilih menjadi kiper utama tim nasional, menggantikan Hermansyah yang tengah menurun performanya akibat dihajar virus hepatitis. Ia masuk di saat yang tepat kendati pada usia yang agak menua, 29 tahun. Ponirin akhirnya melengkapi (salah satu) skuad terbaik timnas merah putih sepanjang sejarah. Bersama tim asuhan Bertje Matuapelwa itu, Ponirin sukses membawa timnas Indonesia masuk Semifinal Asian Games 1986 dan menjadi juara Sea Games 1987.

Sejatinya, Ponirin masih cukup baik bermain setelah tahun 1988. Tapi usianya yang sudah 32 tahun membuatnya lebih fokus pada karir pekerjaannya sebagai PNS Ditjen Bea Cukai. Ia pun perlahan meredup dari hingar bingar sepakbola.

Tak lama Ponirin memperkuat timnas, tak sampai tiga tahun. Tapi jejaknya sangat berarti dan selalu dikenang.

Ia juga salah satu penjaga tradisi kiper hebat dari Medan, setelah Ronny Pasla dan Taufik Lubis, lalu dilanjutkan Donny Latuperissa, Eddy Harto, Sahari Gultom, hingga Markus Harison. Sayang, tradisi itu sepertinya terputus saat ini. Bisa jadi Ponirin akan kecewa dibuatnya.

Kini Ponirin telah berpulang, usai menunaikan seluruh janji baktinya. Selamat jalan, kiper terbaik. Terima kasih.

*Penggemar Sepak Bola

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

83  +    =  88