Lifestyle & Sport

Pertunjukan Musikal Sinematik ‘City of Love’ Siap Digelar di JICC

Channel9.id-Jakarta. Pertunjukan musikal sinematik City of Love, yang akan digelar di Jakarta Internatonal Convention Center, dari tanggal 14 hingga 16 Februari 2025.

City of Love digagas Warisan Budaya Indonesia atau WBI Foundation dan digarap sutradara Hanung Bramantyo dengan dibantu Agus Noor dan Titin Wattimena. Komposer sekaligus gitaris Tohpati didapuk sebagai Music Director.

Yanti Airlangga, Ketua Umum WBI Foundation sekaligus Produser Eksekutif City of Love. menjelaskan alasan memproduksi City of Love. “Ini berangkat dari sejumlah pemikiran dan fakta bahwa Indonesia sejatinya tak kekurangan anak muda bertalenta tinggi, “ kata Yanti kepada wartawan, beberapa waktu yang lalu.

“Sebenarnya berapa musikal ini sudah dari tahun 2012, yang tahun ini kepikiran kok banyak sekali anak muda bertalenta, punya potensi besar. Kebetulan juga saya Ketua Umum Warisan Budaya Indonesia Foundation,” katanya.

Dilandasi misi ingin memberi ruang atau fasilitas bagi anak muda untuk menyalurkan bakat seni, ia menginisiasi lanjutan kisah pertunjukan teater Prahara Cinta Badai Kasih yang disambut hangat masyarakat pada 2013.

Baginya, musikal sinematik City of Love adalah mimpi yang jadi kenyataan. “Saya di sini dibantu saudara-saudara, sutradara favorit saya, dikombinasikan dengan film juga (tata) panggung dan dinamakan musikal sinematik,” urainya.

Yanti mengakui, konsep musikal sinematik telah diidamkannya sejak lama. Ia bercita-cita menggelar pertunjukan yang mempertemukan para seniman lintas generasi untuk bersinergi atas nama cinta.

“Ini cita-cita saya sejak lama. Mempertemukan nama besar seperti Mas Hanung, Lukman Sardi, Marcell Siahaan, Devano Danendra, dan lainnya. Kami menciptakan kolaborasi, mewujudkan pertunjukan agar semua bisa ikut jatuh cinta,” beber Yanti Airlangga.

Sementara itu, Marcell Siahaan menjelaskan, City of Joy mengusung cerita cinta, pengorbanan, kesalahpahaman, sesuatu yang menyakitkan tapi ujungnya membahagiakan. Sejatinya, cinta memiliki dua sisi yang bisa dirasakan bersamaan.

Tampil di pertunjukan panggung bukan hal baru bagi pelantun “Semusim” dan “Firasat.” Bukan berarti, menjalani proses produksi City of Love minim tantangan. Salah satunya datang dari ekspektasi tinggi calon penonton.

Marcell  menjelaskan, penonton konser dan drama musikal punya ekspektasi berbeda. “Kalau saya nyanyi, orang-orang tertentu datang karena ingin mendengar lagu itu saja. Mungkin enggak ingin melihat saya, hanya suara saya,” urainya.

“Kalau musikal sinematik, kami harus memaparkan semua. Kostum, nyanyi, gerak tubuh, dan presence di panggung. Itu menantang, membuat karakter yang saya perankan benar-benar terasa kehadirannya, karena panggungnya besar,” Marcell menambahkan.

Tantangan lain dalam fase persiapan yakni tak ada istilah “cut” dan “retake” layaknya syuting film atau sinetron. Saat syuting film, salah dialog bisa diulang sampai menemukan adegan yang dinilai sempurna. Dalam pertunjukan musikal, tidak ada.

“Kalau akting di film, ada yang namanya cut dan retake. (Dalam pertunjukan musikal) ini benar-benar real time. Sekali melakukan kesalahan ya sudah, itu akan jadi lukamu seumur hidup,”ungkapnya.

Saking antusias dan menjaga komitmen menampilkan yang terbaik, Marcell rajin berlatih. Sepanjang pekan ini misalnya, para bintang musikal sinematik City of Love berlatih di Hall Basket Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

“Makanya saya enggak ingin kehilangan momen-momen latihan. Saya usahakan bagaimana caranya kalau enggak ada halangan berat seperti sakit, saya selalu datang latihan,” tegasnya.

“Pulang pun setelah produser bilang: Selesai. Ini supaya saya bisa membangun chemistry dengan lawan main dan (menciptakan) semua atmosfernya,” pungkas Marcell.

Baca juga: Ayu Azhari Ungkap Tantangan Jadi Dubber Bahasa Indonesia untuk Film India

Kontributor: Akhmad Sekhu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  +  10  =  13