Channel9.id-Jakarta. Gelombang panas ekstrim yang menyerang India dikabarkan telah menyebabkan ratusan korban jiwa. Per 18 Juni korban Jiwa dtelah mencapai 96 orang. Warga lansia dengan usia diatas 60 tahun atau yang memiliki penyakit bawaan diminta waspada akibat dampak. Gelombang panas kali ini telah mencapai tinggi 48 derajat Celsius di beberapa wilayah India.
Gelombang panas sendiri sebenarnya merupakan fenomena natural pada musim tertentu. Suhunya pun relatif dengan suhu rata-rata daerah tersebut. Berlansungnya pun umumnya selama 2 hari. Sebagai contoh, gelombang panas di London, Inggris berlangsung selama 3 hari atau lebih.
Namun fenomena ini diperparah akibat perubahan iklim. International Panel on Climate Change (IPCC) telah menyatakan bahwa India sebagai salah satu daerah rentan perubahan iklim ekstrim. Chandi Singh, pakar IPCC, menyebut bahwa panas ekstrim ini telah berdampak pada berbagai sector terutama pertanian.
Cuaca ekstrim seperti ini diduga akan lebih sering terjadi and memburuk di berbagai tempat akibat perubahan iklim. Dilansir dari BBC, gelombang panas dengan suhu yang amat tinggi telah terjadi berbagai tempat di dunia. Hal tersebut diutarakan oleh World Weater Atribution Network (WWA) yang menyebut bahwa gelombang panas di Spanyol, Portugal dan Afrik selatan pada April lalu amat dipengaruhi oleh perubahan iklim.
Beberapa dampak dari perubahan iklim disamping gelombang panas ekstrim adalah kekeringan, kebakaran hutan, hujan ekstrim, banjir dan lainnya.
Gelombang panas ekstrim disebut telah memperburuk kekeringan dengan mengeringkan tanah dan pada perkembangannya menyebabkan panas lebih tinggi. Bagi manusia, hal ini berdampak pada meningkatnya kebutuhan dasar untuk air. Termasuk juga industry pangan yang menyerap air. Di Afrika Selatan hal ini menyebabkan masyarakat setempat mengalami kelaparan.
Meskipun belum ada riset yang spesifik mencari hubungan antara perubahan iklim dengan kebakaran hutan, ilmuwan pernah menyebut bahwa perubahan iklim mendorong kondisi cuaca yang menyebabkan kebakaran hutan.
Ironisnya perubahan iklim juga menyebabkan hujan turun semakin intens dan menjadi penyebab banjir. WWA menyebut bahwa pada 2022, Pakistan sendiri melihat hujan intens yang berujung pada banjir yang berdampak pada jutaan orang di wilayah tersebut.
Pemangku kepentingan dari berbagai negara dan wilayah harus bekerja sama dalam Upaya mitigasi cuaca ekstrim akibat perubahan iklim. Pasalnya bencana alam terkait tidak terbatas oleh batas negara.